Pandemi Covid-19 telah membuat perubahan besar dalam penggunaan teknologi dan internet. Di mana tak hanya virus corona saja, informasi mengalami penyebarannya yang cepat, namun jauh dari akurat. Sumber dari UNESCO, saat ini masyarakat dunia tidak hanya mengalami pandemi karena penyakit. Namun Covid-19 juga menyebabkan disinformasi pandemi yang secara langsung berdampak pada kehidupan banyak orang.
“Kebohongan dan kesalahan informasi telah terbukti mematikan dan menyebarkan keresahan serta kepanikan di masyarakat ,” ujar Ari Budi Wibowo, Kepala Bidang kemitraan Siber Kreasi saat menjadi nara sumber di webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat I, Selasa (31/8/2021).
Menurut dia, seperti mengutip pernyataan Direktur Jendral WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus kini masyarakat tak hanya sedang memerangi epidemi tapi juga infodemi atau informasi mengenai pandemi yaitu berita palsu yang menyebar lebih cepat dan lebih mudah daripada virus corona dan sama bahayanya.
Dia mengatakan, dampak dari hoaks atau berita palsu mengenai informasi pandemi disebutkan berbahaya karena bisa memicu kepanikan, membuat orang menyepelekan Covid-19, abai terhadap protokol kesehatan, tidak mau divaksinasi, yang akibatnya membahayakan keselamatan diri, keluarga, dan lingkungan. Terlebih hoaks menyebar jauh lebih cepat, daripada klarifikasi informasi palsu yang dikelahui 20 kali lebih lama dari hoaks atau disinformasi.
“Masih banyak yang belum berfikir kritis di dunia digital. Kita harus bisa melihat, membaca, mengetahui benar atau tidak. Masih banyak yang belum melakukan cek fakta makanya bisa dibilang kita tidak kritis, maka mudah saja menyebarkan berita-berita palsu,” tutur Ari.
Sebagian besar orang saat ini hanya meneruskan informasi hoaks karena tidak terlalu memikirkan apakah itu benar atau tidak. Menurut survei katadata insight center dan Kominfo mengenai status literasi digital Indonesia tahun 2020, sebanyak 68,4% orang hanya meneruskan berita yang tersebar dan 51,6% tidak mengetahui bahwa informasi yang mereka sebar ternyata tidak benar. Sementara hanya sebanyak 2,7% mengaku untuk memengaruhi orang lain.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat I merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Sandy Natalia, Co-Founder of Beauty Cabin, Iman Darmawan, seorang Fasilitator Public Speaking, dan Eddy P. Purnomo, Digital Business Project Manager OCBC NISP.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.