Bermedia sosial memang menyenangkan, namun jika sudah terjadi perdebatan, pertikaian di dunia maya berarti sudah ada racun di media sosial. Sehingga bukan rasa senang lagi yang kita rasakan, racun-racun itu menurut Dewi S Sari, Kepala Sekretariat Mafindo ialah berasal dari komentar yang tidak bertanggung jawab.
Mereka yang bertindak semaunya berkomentar tanpa dipikirkan dahulu dapat memancing pertikaian itu sendiri. Atau yang sekarang paling senang orang lakukan adalah memicu perdebatan.
Biasanya dimulai dari seseorang yang membagikan hoaks. Hoaks justru semakin merajalela di saat pandemi, hoaks mengenai kesehatan, agama politik menjadi satu untuk merusak.
“Ini sangat membahayakan, jadi misalnya hoaks ada yang sudah diklarifikasi tapi hoaks sudah terlanjur dan pasti menyebar, jadi sudah berdampak, sudah rusak informasi masyarakat,” ungkapnya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (13/7/2021).
Maka, dia mengajak masyarakat untuk memberantas hoaks, Mafindo tidak bisa bekerja sendirian. “Jadi kita butuh teman-teman semua untuk menjadi agent of change dimulai dari keluarga sendiri yang jadi pemeriksaan fakta atas informasi yang tersebar di grup keluarga,” lanjutnya.
Hoaks dapat memicu pertikaian, perdebatan yang berujung pada bullying. Bahkan sampai niat menyerang dengan melakukan doxing, dibuat malu dengan data pribadi. Maka dari itu setiap komentar sangat berpengaruh terhadap emosi seseorang. Perilaku warganet perlu dikendalikan pentingnya memeriksa fakta dulu sebelum disebar dan pikirkan kembali sebelum berkomentar agar tidak menimbulkan hal yang negatif di dunia digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (13/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Al Akbar Rahmadillah (Founder Sobat Cyber Indonesia), Komang Triwerthi (Dosen STMIK Primakara), Mario Debus (Pengurus Pusat RTIK Indonesia), Valentina Melati sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.