hitcounter
Sunday , May 19 2024
Festival Teluk Jailolo 2016

Aroma Rempah di Festival Teluk Jailolo 2016

Sejak ratusan tahun lalu Indonesia telah memikat bangsa Eropa berkat kekayaan rempah-rempah yang dimiliki. Sekarang, kekayaan rempah-rempah tersebut—dikombinasikan dengan keunikan budaya—coba ditampilkan kembali untuk mendukung industri pariwisata Indonesia. Salah satu daerah yang mencoba memadukan kedua hal tersebut adalah Kabupaten Halmahera Barat di Maluku Utara yang mengadakan acara tahunan Festival Teluk Jailolo 2016.

Festival Teluk Jailolo 2016 akan dilaksanakan pada 2-7 Mei 2016 di Kota Jailolo, Ibu Kota Kabupaten Halmahera Barat. Festival Teluk Jailolo 2016 diluncurkan oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti bersama Wakil Gubernur Maluku Utara M. Natsir Thaib, dan Bupati Halmahera Barat Danny Missy.

Pelaksanaan Festival Teluk Jailolo 2016 yang mengangkat tema “Pesona Budaya Kepulauan Rempah” ini merupakan upaya untuk mengangkat kembali popularitas Moloku Kie Raha (Jailolo, Bacan, Ternate, dan Tidore) yang pernah tercatat dalam sejarah dunia sebagai pusat penghasil rempah-rempah terbaik pada abad XV-XVIII.

“Popularitas Moloku Kie Raha yang sejak abad XV tersohor ke seluruh dunia sebagai kepulauan penghasil rempah terbaik dunia (spice island) menjadi branding untuk mendongkrak pariwisata Maluku Utara,” kata Esthy Reko Astuti.

Esty menjelaskan, wisata dengan latar belakang sejarah relatif mudah dipromosikan, seperti yang belum lama ini dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dengan meluncurkan wisata Jalur Samudera Cheng Ho. Wisata tersebut diluncurkan untuk memperingati ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam  pada abad XV melewati 10 daerah di Indonesia yang kemudian dijadikan sebagai titik destinasi wisata.

“Catatan sejarah ekspedisi pelayaran laut tersebut dalam rangka mencari rempah-rempah sebagai komoditas yang bernilai ekonomi tinggi pada 700 tahun silam. Ekspedisi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa dari seluruh dunia, seperti Arab, Cina, Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda, ke Maluku Utara menjadi cerita menarik dan dapat dikemas sebagai  daya tarik wisata sejarah (history tourism), serta menjadi andalan Maluku Utara dalam mengembangkan sektor pariwisata, selain daya tarik wisata alam dan budaya,” ujar Esthy.

Menurut Esty, prospek pariwisata Maluku Utara ke depan sangat cerah dengan semakin meningkatnya fasilitas aksesibilitas, amenitas, dan aktraksi wisata di sana. “Pemerintah telah menetapkan wilayah Morotai, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata, industri perikanan, dan logistik. Karena itu, pembangunan fasilitas infrastruktur, amenitas, dan atraksi di sana akan lengkap,” imbuh Eshty.

Natsir Thaib, Wakil Gubernur Maluku Utara, mengatakan, tujuan penyelenggaraan Festival Teluk Jailolo 2016 adalah untuk menumbuhkan dan mengukuhkan kembali identitas Halmahera Barat sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya budi. “Inilah yang menjadi daya dorong dalam membangun pariwisata terintegrasi berbasis pelestarian budaya dengan akar sejarah kejayaan Kepulauan Rempah Moloku Kie Raha,” tuturnya.

Natsir menjelaskan, kejayaan masa lalu yang menjadi komoditas utama sebagai bagian dari kepulauan rempah, seperti pala, cengkih, dan kopra, masih dapat ditemui sampai sekarang di Jailolo. Selain itu, kuliner khas Halmahera Barat yang penuh cita rasa rempah-rempah juga menjadi sebuah petualangan yang disuguhkan sebagai daya tarik wisata.

“Beberapa desa wisata telah menyiapkan paket-paket wisata bernuansa petualangan rempah-rempah, antara lain Desa Wisata Gamtala, Desa Wisata Guaeria, dan Desa Wisata Bobanehena,” kata Natsir.

Di Desa Wisata Gamtala, wisatawan akan diajak menikmati petualangan menyusuri mangrove sambil menyaksikan langsung kehidupan masyarakat di sekitar aliran sungai, seperti proses pengolahan sagu, mencari kerang, dan terakhir menikmati acara adat Orom Sasadu pada malam hari. Sementara itu, di  Desa Wisata Guaeria yang merupakan sebuah desa pesisir, disuguhkan paket wisata kuliner dengan pemandangan Teluk Jailolo. Di tempat ini ada aktivitas wisata laut yang berakar budaya masyarakat setempat, seperti memancing tradisional Huhati yang menjadi tradisi lokal dan ramah lingkungan. Di Desa Wisata Bobanehena, wisatawan diajak menikmati dan belajar tentang kehidupan petani cengkih, pala, dan kelapa sambil mengendarai gerobak sapi. Wisata di desa ini dapat dilanjutkan dengan wisata trekking dan menikmati kuliner ala petani kebun rempah-rempah di atas Gunung Jailolo sambil menikmati pemandangan Teluk Jailolo.

Danny Missy, Bupati Halmahera Barat, berharap event Festival Teluk Jailolo 2016 dapat menarik wisatawan nusantara, wisatawan mancanegara, serta para investor untuk berwisata menikmati wisata sejarah, budaya, dan wisata alam sekaligus melihat potensi bisnis yang dapat dikembangkan di Halmahera Barat.

Pelaksanaan Festival Teluk Jailolo 2016 akan disemarakkan dengan beragam acara lain, seperti ritual budaya, atraksi budaya, gelar seni budaya Moloku Kie Raha, serta Sasadu On The Sea sebagai puncak acara. Sasadu On The Sea merupakan seni pertunjukan kontemporer yang memadukan unsur tarian tradisional, musik tradisional, drama, dan koreografi yang berakar kebudayaan masyarakat Jailolo. Sasadu On The Sea akan ditampilkan di panggung yang berada di atas laut—ini merupakan atraksi satu-satunya di Indonesia.

Garuda Indonesia Travel Fair 2016 Targetkan Rp250 Miliar

About admin

Check Also

Klub Teratas Asean Mulai Perjalanan Perebut Gelar Juara Asean Club Championship Shopee Cup

Ho Chi Minh City, Vakansi – Klub-klub sepakbola papan atas di Asia Tenggara akan memulai …

Leave a Reply