Perkembangan teknologi informasi memungkinkan kita berinteraksi dengan orang lain lewat dunia maya. Namun ingat, jangan lupakan etika dan sopan santun saat berinteraksi lewat internet.
Berbicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Halmahera Selatan, Maluku Utara, Senin (5/7/2021), Dosen Universitas Multimedia Nusantara Lolita Lavietha menegaskan pentingnya netiket alias etika berinteraksi di internet, di zaman digital saat ini.
“Interaksi di media sosial juga ada etikanya. Jangan mentang-mentang tidak tatap muka, bisa ngomong seenaknya ke orang lain. Kita harus memperlakukan orang lain, sama seperti kita ingin diperlakukan oleh mereka,” tutur Lolita.
Secara umum, Lolita mengatakan ada enam prinsip netiket yang wajib diketahui oleh semua orang. Pertama adalah mengingat kita berinteraksi dengan manusia lain.
Menghargai sesama manusia merupakan kewajiban bagi semua pengguna media sosial. Hal ini bisa dilakukan dengan tidak memberika komentar kasar ataupun bernada merendahkan.
Kedua, jangan sembarangan memberikan informasi orang lain yang kita miliki. Hargai bahwa orang tersebut membagikan informasi kepada kita untuk disimpan sendiri.
Ketiga, dilarang untuk melakukan kejahatan atau tindakan ilegal. Perilaku yang melawan hukum seperti penipuan online misalnya, berisiko membuat Anda dipenjara.
Keempat, hargai privasi orang lain. Ingat, tidak semua orang nyaman ditanya hal-hal intim di media sosial.
Kelimat, jangan mengirimkan pesan yang menyalahgunakan kepentingan dan terkesan menghina. Meski tidak bertemu muka, bukan berarti Anda bisa bebas mengomentari orang lain ya.
Terakhir dan paling penting adalah belaku sopan dan baik. Jadikan pribadi Anda di media sosial sebagai suatu hal yang positif dan bermanfaat bagi orang lain.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia.
Dalam webinar kali hadir juga, Gintang Mahadijun La Oni (Instruktur Bahasa Inggris Saruma Academy), Zunaidi Salmin (Pendiri dan Direktur LPK Binari Labuha), Fadly Arihsan (Senior Security Engineer Maxplus), dan Masra Suyuti sebagai key opinion leader.
Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.