Interaksi sosial yang berpindah ke ruang digital akhirnya menciptakan ruang tanpa batas, tak berjarak dan terbatas ruang waktu. Masyarakat menggunakan jejaring internet dan berinteraksi di dunia digital ini untuk mencari pengetahuan, informasi, hiburan, bermedia sosial, bahkan kini juga untuk belajar dan bekerja.
Goretti Meiliani, Project & Planning Section Head mengatakan, meskipun lebih banyak di ruang digital etika tetap diperlukan karena pada dasarnya ruang digital tak jauh bedanya dengan berkomunikasi tatap langsung.Ā Apalagi kebudayaan Indonesia yang terkenal memiliki etika dan norma budaya sopan santun serta ramah tamah.
Termasuk dalam berinteraksi dengan berbagai jenis orang di media sosial yang menerapkan sopan santun. Seperti saat memberi berkomentar, sebagai pengguna selalu ingat bahwa apa yang ditulis mewakili diri pribadi dan orang yang diajak berkomunikasi adalah manusia.
āKendalikan emosi, tidak ikut-ikutan, menggunakan tulisan dan bahasa yang jelas. Tidak rancu dan melihat konteks. Hargai privasi orang lain dan menyadari posisi kita, toleransi kepada sesama, jangan pernah menyinggung SARA karena sensitif,ā ujarnya saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat I, pada Rabu (10/11/2021).
Namun bukan hanya itu, etika juga meliputi saat mencari pengetahuan di internet ada etika berupa hak intelektual, sehingga saat mengutip atau mengambil dari suatu sumber maka wajib mencantumkan kredit sumber aslinya dan tidak melakukan plagiat.
Sama halnya etika dalam berinteraksi, saat menyampaikan dan menyerap informasi di ruang digital biasakan untuk melihat data, fakta dan mengkonfirmasinya. Karena segala sesuatu yang ada di internet semuanya belum tentu benar.
āWaspadai penyebaran hoaks atau berita palsu, isu terkait radikalisme, ujaran kebencian, dan pornografi yang semuanya telah diatur di Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE),ā kata Goretti.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat I merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Sandy Natalia, Co-Founder of Beauty Cabin, Fiona Damanik, Konseler di Universitas Multimedia Nusantara, Benny Daniawan, Dosen Sistem Informatika Universitas Buddhi Dharma, dan Manda Utoyo, seorang Digital Creator.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.