Digitalisasi telah membawa dampak yang cukup besar pada bagaimana sebuah informasi disebarkan yang semula bergantung pada bentuk fisik berubah ke bentuk elektronik. Situasi ini kemudian membawa dunia pada sebuah era yang disebut dengan era digital abad ke-21.
“Didunia digital inisegala sesuatu instant tapi kita tetap harus aware mana yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan,” kata Williya Novianti, Akademisi & Praktisi Bidang Bimbingan dan Konseling SMA 1 Batujajar saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat I, padaSenin (18/10/2021).
Era digital merupakan sebuah masa di mana terdapat akses yang luas, siap dan mudah untuk menggunakan maupun berbagi informasi secara elektronik. Selain itu penggunaan media digital khususnya pada generasi milenial durasinya semakin lama dan massif. Bahkan kaum pendidik seperti dirinya yang dulunya tidak memakai digital, kemudian di masa pandemi ini dituntut untuk memiliki keterampilan digital.
Maka tak heran kalau pengguna internet terus bertambah. Menurut data Biro PusatStatistik (BPS) jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2015 berjumlah 96,5 juta jiwa, kemudian meningkat menjadi 112,1 jiwa di tahun 2017 dan bertambah lagi menjadi 150 juta jiwa atau 56 persen dari total populasi di tahun 2019. Puncaknya saat pandemi melanda, ada peningkatan sekitar 25 juta pengguna atau naik 17 persen pada 2020.
Namunsurvei Digital Civility Index (DCI) mengenai keberadaban digital yang dipublikasikan Microsoft pada Februari 2021 lalu, netizen Indonesia mendapat predikat sebagai yang paling tidak sopan se-ASEAN. Keberadaban yang dimaksud terkait perilaku berselancar di dunia maya dan aplikasi media social akibat penyebarluasan berita bohong atau hoaks, ujaran kebencian, diskriminasi, cyberbullying, hingga penipuan online.
“Jejak digital itu nyata dan tidak bisa dihapus. Untuk itu kita harus lebih mengenal dan mengetahui apa itu kesopanan, attitude, beradab, dan etika dalam dunia digital,” katanya lagi
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula narasumber seperti Meiskasa, Recruitment Officer Permata Bank, Maria Natasya, Internal Communication Strategic Planner CIMB Niaga, Nandya Satyaguna, seorang Medical Doctor dan Manda Utoyo seorang Digital Creator.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.