Apa yang terjadi dalam ruang digital selama 60 detik? Sebanyak 26.000 aplikasi telah didownload, ada jutaan email terkIrim, 694.000 video telah ditonton di TikTok, 350.000 tweet sudah diunggah, jutaan lagu didengarkan. Ternyata interaksi di ruang digital jauh lebih tinggi daripada interaksi di dunia nyata. Kenapa bisa demikian? Apa bedanya dengan interaksi di dunia nyata?.
“Kalau di kehidupan nyata kita jarang direspon oleh ratusan ribu orang. Sementara di ruang digital, postingan kita bisa langsung dilihat oleh ratusan hingga ribuan orang sepat sekali menyebarnya dan itu realtime. Jadi rasanya seperti tidak ada batas, semua orang jadi punya panggung yang sama. Apalagi kita sebagai manusia egosentris suka cari perhatian. Kita jadi ingin memanfaatkan ruang digital untuk cari perhatian,” kata Cyntia Jasmine, Founder GIFU saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat I, pada Selasa (14/9/2021).
Oleh karena tanpa batas, terkadang individu menjadi oversharing atau kebablasan dalam berbagi. Padahal jangan lupa di ruang digital memang tidak ada pengawasnya, beda dengan TV maupun media yang sebelum menayangkan konten harus mengecek terlebih dulu apakah layak untuk ditonton.
Menurut Cyntia di ruang digital, setiap orang harus sadar untuk bisa menjadi pengawas diri sendiri karena sebenarnya ada jejak digital yang ditinggalkan ketika berinteraksi di dunia maya. Dampak buruknya jika lupa hal tersebut, maka bisa saja seseorang dipecat dari pekerjaannya. Sudah banyak kejadian bahwa jejak digital bisa berdampak serius karena kata-kata dan unggahan foto yang tidak pantas. Selain itu jejak digital juga tidak bisa dihapus, akan tetap ada di internet.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bogor, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Webinar kali ini juga mengundang nara sumber seperti Klemes Rahardja, Founder The Enterpreneur Society, Loka Hendra, Head of Food & Beverage Cinepolis Indonesia, dan Asep Hardiyanto, Dosen Fakultas Teknik UNIS.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.