Menurut survei Hootsuit dan We Are Social pada Januari 2020 sebanyak 59% penduduk dunia sudah dapat mengakses internet. Fenomena serupa juga terjadi di Indonesia, Hootsuit memperkirakan internet sudah dapat diakses oleh 64% warga Indonesia atau sekitar 175,4 juta jiwa.
Namun peningkatan jumlah pengguna belum sejalan dengan kecakapan masyarakat Indonesia dalam etiket sopan santun berbahasa di media sosial. Padahal bahasa Indonesia berada dalam urutan ke-6 dari 10 bahasa besar di dunia yang memengaruhi dunia internet. Hal ini berkaitan dengan jumlah gadget di Indonesia yang lebih besar dari jumlah penduduknya sendiri.
“Sayangnya bahasa yang dominan itu belum tentu positif, karena kita punya mentalitas ngerumpi, bukan mentalitas membaca,” kata Alda Dina Bangun, Guru SD Cahaya Bangsa Kota Baru Parahyangan saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat I, Senin (23/8/2021).
Sehingga tak heran kalau jarang atau sedikit sekali konten beredar yang isinya bermanfaat dan bermutu. Sebagai pendidik, Alda mengungkap dirinya cukup sedih mengetahuinya, saat ini handphone sudah secanggih sekarang tapi penggunaannya belum dibarengi dengan kecerdasan penggunanya.
Terkait digitalisasi yang semakin cepat, penggunaan bahasa Indonesia sekarang ini masih memerlukan perhatian. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sebenarnya bisa diterapkan setiap saat, di kehidupan sehari-hari termasuk di sosial media yang bisa menjadi kebiasaan.
“Seharusnya ada tata krama berupa perkataan dan perbuatan dengan budi pekerti, beradab sesuai dengan norma kesopanan,” sebut Alda.
Dia mengatakan hal yang sering dilupakan, dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar ini merupakan identitas sebagai warga negara Indonesia yang telah diperjuangkan dalam sumpah pemuda di mana menjunjung tinggi pula bahasa persatuan bahasa Indonesia. Sehingga jangan sampai melupakan identitas bangsa Indonesia yang beradab dan memiliki sopan santun.
Sebab itu sebagai pengguna ponsel pintar di era teknologi jangan melupakan penggunaan padanan kata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, misalnya daring yang merupakan singkatan dalam jaringan dan luring yang berarti luar jaringan. Perhatikan juga penggunaan huruf besar yang mengisyaratkan emosi atau sedang berteriak. Di mana memang masih ada beberapa orang yang tidak tahu bahwa ada tata krama dalam dunia digital. Ada juga beberapa hal yang terkesan sepele seperti huruf kapital dan penempatan titik koma.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bogor, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Dino Hamid, Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia, Monica Eveline, Digital Strategist Diana Bakery dan Ana Agustin, Managing Partner di Indonesia Global Lawfirm.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.