Penggunaan internet saat ini tak bisa terhindari dari anak-anak. Hampir setiap harinya anak-anak memegang gadget untuk sekadar bermain game atau menonton Youtube. Bagi beberapa orang, internet dianggap memudahkan untuk memenuhi hiburan si kecil. Di samping itu, perlu diingat bahwa internet bisa menimbulkan dampak negatif seperti kecanduan.
Sophie Beatrix, seorang Psikolog serta Praktisi dalam bidang Pendidikan dan Industri mengatakan, di dunia digital peran orang tua semakin bertambah. Secara umum, orang tua diharapkan bisa menjadi guru bagi anak di rumah. Dalam hal penggunaan internet, orang tua perlu mendampingi anak dalam belajar dan mengakses internet dengan baik.
“Anak belajar menggunakan internet dari dua lingkungan, rumah (keluarga) dan lingkungan. Penggunaan internet di keluarga mungkin bisa diawasi. Akan tetapi, anak belajar menggunakan internet dari lingkungan harus kita waspadai,” ujar Sophie saat menjadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (6/8/2021).
Alasan mewaspadai anak dalam menggunakan internet karena tidak seluruhnya konten di dalamnya itu baik. Beberapa muatan konten negatif di internet ialah cybercullying, pornografi, kekerasan.
“Kita harus mengajari anak cara menggunakan internet yang aman. Internet yang aman itu artinya tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain,” terang Sophie.
Ia menyampaikan, agar tidak membahayakan, orang tua harus mengimbau anak untuk tidak menyebarkan informasi pribadi di internet, waspada saat bernteraksi dengan orang lain, mengakses situs sesuai usia mereka, dan bijak dalam memposting sesuatu di media sosial.
Peran orang tua dalam hal ini untuk mengajarkan dan mendukung anak berinternet secara cerdas (Santun, Bijak, Aman). Internet cerdas ini berlandaskan informasi, etika, budaya, serta keamanan dalam penggunaannya. Sebagai orang tua, kita dapat mengajarkan hal-hal berikut ini:
- Mengajari software/ aplikasi platform yang aman seusianya dan diberikan batasan waktu,
- Membuat aturan dan panduan situs yang boleh diakses. Jika aturan dipatuhi, orang tua harus memberikan apresiasi. Sebaliknya, jika dilanggar anak harus mendapatkan konsekuensi.
- Memantau anak dari jauh dengan aplikasi parental control
- Memberikan contoh yang baik kepada buah hati. Misalnya, orang tua tidak boleh sering menggunakan gadget agar anak juga melakukan hal yang sama.
Perlu diperhatikan, beberapa anak tidak sepenuhnya senang jika terlalu dikontrol dan dibatasi oleh orang tua. Untuk mengatasi hal ini, sebagai orang tua kita bisa memberikan kepercayaan kepada anak, terutama remaja. Apabila melewati batas kepercayaan, maka anak harus diedukasi. Cara lainnya, kita dapat melakukan hal-hal antara lain;
- Membangun relasi positif di keluarga
- Berkomunikasi secara asertif
- Membuat zona bebas gawai
- Bersinergi dengan pihak yang bisa membantu, contohnya guru
- Orang tua harus tetap belajar terkait internet dan perkembangannya agar tidak gaptek dan bisa mendampingi anak
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (6/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Vincenr SL. Leewellyn (Chief Operating Officer The Coffee Academics Indonesia), Dee Rahma (Digital Marketing Strategist), Reza Hidayat (CEO OREIMA FILMS), dan Michiko Utoyo.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital