hitcounter
Sunday , January 26 2025

Wujudkan Harmoni antara Satwa Liar dan Manusia untuk Keberlanjutan Ekosistem di Indonesia

Jakarta, Vakansi – Konflik antara manusia dan satwa liar menjadi isu yang semakin kompleks seiring dengan pesatnya pembangunan infrastruktur dan konversi lahan hutan menjadi area produktif seperti perkebunan, pertanian, dan pemukiman. Perubahan fungsi lahan ini tidak hanya mengakibatkan hilangnya habitat alami satwa liar, tetapi juga meningkatkan interaksi antara manusia dan satwa liar, yang berpotensi memicu konflik. Konflik ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat merugikan kedua belah pihak dan mengancam keseimbangan ekosistem.

Untuk mencari solusi berkelanjutan terkait isu ini, sebuah seminar bertajuk “Memahami Konflik dan Koeksistensi antara Satwa Liar dan Manusia di Indonesia” diadakan pada Jumat, 17 Januari 2025.

Seminar ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan Taman Safari Indonesia. Acara ini bertujuan untuk mempertemukan pemerintah, ahli, akademisi, pemerhati, dan praktisi guna membahas solusi terbaik untuk mengatasi konflik tersebut dan mendorong koeksistensi yang harmonis antara manusia dan satwa liar.

Seminar ini dihadiri oleh peserta secara langsung di lokasi aviary serta diikuti secara virtual melalui platform Zoom oleh sekitar 1.000 peserta, termasuk perwakilan dari berbagai balai taman nasional dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di seluruh Indonesia.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Sumber Daya Genetik, Direktorat Jenderal KSDAE, Kementerian Kehutanan RI, Nunu Anugrah, S.Hut., M.Sc., menegaskan bahwa konflik antara manusia dan satwa liar tidak hanya mengancam spesies tertentu, tetapi juga bisa merusak keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. “Keberadaan satwa liar adalah indikator kesehatan ekosistem. Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mengatasi konflik ini dengan cara yang efektif,” ujar Nunu.

Tony Sumampau, perwakilan dari Taman Safari Indonesia, menjelaskan keterlibatan aktif Taman Safari Indonesia dalam menangani konflik manusia-satwa liar sejak tahun 1980-an. Melalui tim rescue profesional yang terlatih, Taman Safari Indonesia terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan dinamika di lapangan, guna memastikan perlindungan dan kelestarian satwa liar di habitat alami mereka (in-situ).

Seminar ini menghadirkan tiga pembicara utama yang sangat kompeten di bidangnya

Dr. Philip Nyus – Pakar konflik manusia dan satwa liar dari Colby College, Amerika Serikat, membahas strategi mitigasi konflik, langkah-langkah preventif, serta pendekatan berbasis komunitas yang efektif dalam mengurangi potensi konflik.

Badiah – Kepala Sub Direktorat Pengawetan Spesies dan Genetik, memaparkan data terkini mengenai sebaran konflik manusia-satwa liar di Indonesia dan strategi mitigasi yang dapat diterapkan secara berkelanjutan.

Mohammad Irham – Pakar dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi – BRIN, yang membahas fenomena konflik antara burung dan manusia di Indonesia.

Seminar ini diharapkan menjadi wadah diskusi lintas disiplin yang menghasilkan solusi inovatif guna menciptakan koeksistensi yang harmonis antara manusia dan satwa liar. Dengan semangat kolaborasi dan prinsip keberlanjutan, semua pihak diharapkan dapat berkontribusi aktif dalam menjaga dan melestarikan ekosistem Indonesia demi keberlanjutan generasi mendatang.

Keberlanjutan ekosistem di Indonesia sangat bergantung pada kesadaran dan keterlibatan semua pihak dalam menciptakan lingkungan yang harmonis, tidak hanya untuk satwa liar tetapi juga untuk manusia itu sendiri.

About Pasha

Check Also

Wamenekraf Bicara Peluang Emas Gim Lokal Mendunia dengan PlayStation

Jakarta, Vakansi – Siapa tak kenal PlayStation? Jenama konsol yang namanya sudah tersohor itu. Wakil …

Leave a Reply