Hacker ialah orang yang memahami sebuah sistem secara baik dan dapat melakukan aktivasi ke dalam sebuah sistem aplikasi atau jaringan dengan berbagai teknik. Tujuan Untuk mendapatkan akses, untuk kebutuhan riset juga kepuasan mereka sendiri
Hacker itu tidak semua jahat, Fakhrullah Maulana seorang programmer yang juga Relawan TIK mengatakan, hacker dibagi tiga dengan sebutan black hat, white hat dan red hat.
Black hat ialah hacker cerdas mencoba aktivasi sebuah sistem jaringan untuk kepentingan pribadi, sosial untuk kepuasan beberapa juga ada untuk tujuan uang.
“White hat fokus pada bertahan biasa, disewa oleh perusahaan atau pemerintah untuk menahan serangan dari hacker. Dan red hat hacker yang fokus menyerang dia berburu seperti black hat terkadang disewa tapi jarang ada di sebuah instansi, dia bergerak sendiri dengan ideologi dia sendiri,” jelasnya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (12/7/2021).
Para hacker itu melakukan banyak jenis kejahatan digital seperti malware, mengirim virus. Fakhrullah menyebut, malware ini yang paling mudah tujuannya untuk mendapatkan akses ke sebuah sistem atau data personal.
Kejahatan phising bagaimana melakukan penipuan secara online dengan banyak penipuan secara sosial atau social engineering untuk mendapatkan sebuah tujuan target. Hacker sekarang nyatanya bukan karena mereka jago coding atau ahli IT namun karena mereka melakukan memanfaatkan interaksi dengan pengguna untuk menipu sehingga pemilik akun memberikan data diri.
“Secanggih apapun aplikasi yang masyarakat gunakan untuk keamanan data pribadi tetap harus selalu dijaga memang lebih efisien namun jangan sampai kemudahan sekali login ini merugikan jika tidak hati-hati. Atau memberikan data begitu saja tanpa sadar,” sambungnnya.
SQL Injection yakni membuat web palsu untuk mendapatkan akses data sama dengan sessions hijacking. Kemudian kejahatan di Wi-Fi publik merupakan kejahatan yang paling sulit untuk dilihat adanya sebab terjadi di banyak hotspot.
Sebenarnya bukan hanya aksi dari para oknum hacker namun dari diri sendiri harus ada kesadaran untuk menjaga keamanan dengan cara mengidentifikasi aset, protect, detect, respond dan recover. Ini yang biasa dipake white hat dalam melindungi sebuah instansi.
Mengidentifikasi, maksudnya pengguna mengecek kembali semua aset digital dimiliki seperti email, media sosial baik private dan public. Kemudian protect dengan cara mengaktifkan semua fitur keamanan yang telah disediakan oleh platform, aktifkan dua langkah autentikasi dan buat password yang kuat. Jangan lupa juga untuk selalu memeriksa kembali pembaharuan privasi.
Tips lain untuk keamanan digital, tidak berlebihan dalam melakukan publikasi personal di media sosial sehingga tidak memicu orang untuk mengambil keuntungan. “Gunakan anti-virus yang terupdate dan selalu pakai aplikasi yang terpercaya dan tidak bajakan. Gunakan open source sebagai alternatif dan VPN saat berada di Wi-Fi publik,” ungkapnya.
Ketika di Wi-Fi publik jangan pernah membuka akses banking atau lock online dan tidak mudah berkomunikasi dengan orang yang tidak kita kenal pada dunia digital. Hal lain yang harus diperhatikan, pastikan selalu melakukan sharing sebelum sharing dan validasi dengan konten yang akan disebar. Pastikan kembali apakah membahayakan diri sendiri atau tidak.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (12/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Queena Fredlina (Relawan TIK Bali), Lintang Ratri (Japelidi), Enda Nasution (Koordinator gerakan #BijakBersosmesd) dan Tresia Wulandari sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.