hitcounter
Sunday , March 23 2025

Wamenekraf: Indonesia Harus Jadi Kreator, Bukan Hanya Pasar Digital

Jakarta, Vakansi – Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Wamenekraf/Wakabekraf) Indonesia, Irene Umar, menghadiri acara Dicoding Connect 2025 yang digelar di Plataran Senayan, Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Dicoding Indonesia, yang bertujuan mempertemukan developer, mentor, dan pelaku industri teknologi dalam sebuah forum interaktif.

Dicoding Connect 2025 memberikan kesempatan bagi para peserta untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan membangun jaringan di bidang teknologi. Acara ini juga menghadirkan sesi talkshow, workshop, dan networking session yang dapat memperluas wawasan serta membuka peluang kolaborasi di industri digital Indonesia.

Irene Umar menekankan pentingnya penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, di dunia digital yang berkembang pesat. Menurut Irene, tantangan terbesar Indonesia adalah keterbatasan dalam berbahasa, yang bisa menghambat langkah Indonesia untuk bersaing secara global.

“Kita harus belajar berbahasa agar dapat memajukan Indonesia. Kita harus relevan dengan dunia luar agar Indonesia tidak hanya dipandang sebagai pasar, melainkan mampu menjadi kreator,” ungkap Irene dengan tegas.

Selain itu, Irene juga memperkenalkan program “Emak-Emak Matic” yang merupakan inisiatif Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat, khususnya ibu rumah tangga dan mereka yang tidak memiliki akses ke pendidikan tinggi.

Program yang dimulai pada tahun lalu ini telah dijalankan di enam kota besar Indonesia dan ditargetkan akan menjangkau hingga 40 kota pada tahun 2025. Tujuannya adalah memberdayakan ibu rumah tangga agar lebih melek teknologi, sekaligus membuka peluang ekonomi digital bagi mereka yang tidak memiliki akses pendidikan tinggi.

“Dengan kekuatan emak-emak, program ini akan terus dikembangkan dan menjangkau lebih banyak kota di tahun 2025,” tambah Irene.

Narenda Wicaksono, CEO Dicoding, mengungkapkan dua tantangan besar dalam dunia digital Indonesia. Pertama adalah sebaran ekonomi Indonesia yang sangat luas, dengan potensi yang tersebar di berbagai pulau, yang memerlukan lebih banyak talenta digital di seluruh daerah. Kedua, kontribusi kecerdasan buatan (AI) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju.

“Indonesia membutuhkan talenta digital yang lebih tersebar di berbagai wilayah. Selain itu, kontribusi AI terhadap PDB kita masih rendah, dan ini harus kita tingkatkan agar Indonesia dapat bersaing di tingkat global,” jelas Narenda.

Narenda juga mengungkapkan bahwa kontribusi sektor teknologi informasi (IT) terhadap PDB Indonesia pada tahun 2024 tercatat sebesar 4,34%. Angka ini masih jauh di bawah negara maju seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, yang kontribusi sektor IT-nya mencapai 8-10%.

“Kami harus berupaya untuk meningkatkan digitalisasi, baik dalam jumlah maupun kualitas talenta digital. Dicoding akan terus berkolaborasi dengan berbagai kementerian, termasuk Kemenekraf, untuk mempercepat pertumbuhan industri digital Indonesia,” pungkasnya.

Dengan adanya Dicoding Connect 2025, Indonesia diharapkan dapat terus berkembang menjadi pusat kreativitas digital yang tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga kreator yang menghasilkan inovasi. Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kemenekraf dan sektor teknologi, langkah menuju transformasi digital di Indonesia akan semakin cepat dan merata.

Melalui berbagai inisiatif, seperti program Emak-Emak Matic dan kolaborasi antara sektor pemerintah dan swasta, Indonesia diharapkan bisa menghadapi tantangan global dan meraih kesuksesan di dunia digital.

About Pasha

Check Also

Strategi Pariwisata Indonesia Sambut Libur Lebaran 2025: Mudik Aman, Wisata Menyenangkan

Jakarta, Vakansi – Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana mengungkapkan perkembangan terbaru dunia pariwisata Indonesia serta …

Leave a Reply