hitcounter
Saturday , January 18 2025

Universitas Prasetiya Mulya Berikan Tips Hidupkan Bisnis Keluarga

Era sekarang ini, banyak keluarga menjalankan bisnisnya demi menghidupkan perekonomiannya, hal inilah dimanfaatkan Universitas Prasetiya Mulya untuk memberikan cara yang baik dalam menjalankan bisnis keluarga. Seminar yang mengangkatema ‘Next Generation Embracing Technological Changes’ menghadirkan Pramodita Sharma, Professor & Daniel Clark Sanders Chair dalam bidang Entrepreneurship & Family Business (Bisnis Keluarga) di Grossman School of Business, Universitas Vermont, USA.

Selain itu, beberapa grup bisnis yang ternama Indonesia seperti Salam Subakat dari Wardah, Noni Purnomo dari Blue Bird Group, dan Teresa Wibowo dari Kawan Lama Group.

Rektor Universitas Prasetiya Mulya Djisman Simandjuntak menargetkan peserta dari acara tersebut adalah pelaku bisnis keluarga baik generasi pertama atau kedua, akademisi dan mahasiswa. “Tujuannya untuk menyampaikan dan memberikan masukan terhadap perkembangan bisnis keluarga di Indonesia, baik dari sisi akademisi maupun praktisi. Semoga di Indonesia dengan adanya norma hukum dan keluarga, perusahaan bisnis bisa berjalana pesat,” ungkapnya.

Lanjutnya, adanya kegiatan ini dapat berlangsung secara berkesinambungan dapat menciptakan kolaborasi pengetahuan. “Pengusaha-pengusaha di Indonesia harus tumbuh jauh lebih pesat. Karena bisnis keluarga memiliki poin lebih, seperti jika perusahaan mengalami krisis dan keluargalah yang bersama-sama menanggung,” imbuhnya.

Professor & Daniel Clark Sanders Chair dalam bidang Entrepreneurship & Family Business di Grossman School of Business, Universitas Vermont Pramodita Sharma mengatakan, perusahaan bisnis di Indonesia mengacu pada perusahaan di Eropa yang telah berdiri lama dan berhasil.

“Berdirinya perusahaan atau bisnis keluarga dengan baik, karena bisa saling berintegrasi. Pengusahanya juga terlihat lebih muda dan enerjik dibandingkan dengan negara Eropa,” katanya.

Di sisi lain, dunia industri revolution 4.0 banyak yang beranggapan bahwa dunia bisnis menuju kehancuran, padahal treadmen seperti ini adalah salah besar. Padahal, kehadiran dunia industri revolution 4.0 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pariwisata.

“Industri paling subur adalah pariwisata, baik itu ticketing, perjalanan, destinasi, perhotelan, memang megah yang bintang-bintang, selain berbintang ada bisnis perhotelan yang kecil seperti homestay. Jadi tantangan kita adalah bagaimana pelaku usaha pariwisata kita elevated standart internasional,” ucap Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya Agus W. Soehadi di Universitas Prasetiya Mulya, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (25/7/2019).

Diakuinya, melalui homestay bisa dimanfaatkan dengan best practice telekomunikasi, service kebersihan, hingga service pelayanan yang nantinya bisa disejajarkan dengan dunia perhotelan. Otomatis membuat wisatawan kian memiliki banyak pilihan dalam berwisata.

“Seharusnya upaya pemerintah jangan dibatasi pada infrastruktur fisik melainkan pada pelatihan kultur layanan, hygine, tepat waktu dan mestinya univesitas juga turut serta pada pleyanan yang menarik,” terangnya.

Baginya, kehadiran industri digital tidak membuat pariwisata semakin lemah, melainkan bisa menjadikan bisnis pariwisata semakin hidup bertumbuh dengan pesat. Kesalahan tentu ada pada siklus bisnis itu sendiri.

“Digital revolution akan memakan banyak lowongan kerja di dunia industri, maka waktu luang bertambah dan permintaan akan jasa pariwisata semakin naik. Dari pariwisata berbasis hedonisme ke pariwisata yang lebih reflektif atau pariwisata cultural dan itu harus dipelajari dengan baik,” bebernya.

Baginya, pariwisata harus menjadi bagian sehingga bisa dijual kepada wisatawan, di mana dunia digital mendorong industri pariwisata di Indonesia semakin dikenal. Apalagi, Indonesia sangat unggul di bidang geografi yang luar biasa di Asean.

“Indonesia pantas diposisikan sebagai lokasi pariwisata yang besar di dunia tetapi jangan terperangkap dalam hedonisme itu sendiri. Tak itu saja, pelaku sumber daya manusia bisa diaplikasikan ke dalam digital, di mana kultur bisa didesain dengan baik. Sebelum datang ke Indonesia harus tahu soal kultur Indonesia,” tukasnya.

About Pasha

Check Also

ASICS Move Her Mind Dorong Perempuan Indonesia Tingkatkan Aktivitas Fisik yang Inspiratif Sepanjang 2024

Jakarta, Vakansi – Sepanjang tahun 2024 ASICS Indonesia perkenalkan kampanye ‘Move Her Mind’ dengan mengadakan …

Leave a Reply