Transformasi digital mengalami percepatan selama pandemi Covid-19 berlangsung hampir dua tahun. Masyarakat akhirnya harus beradaptasi dengan perubahan di mana penggunaan internet sangat membantu kehidupan sehari-hari. Termasuk untuk para pemilik bisnis UMKM yang kini telah beralih memanfaatkan sumber daya online.
“Semenjak pandemi interaksi di ruang digital pun jauh lebih tinggi daripada interaksi di dunia nyata,” kata Cyntia Jasmine, Founder GIFU saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat I, pada Rabu (6/10/2021).
Sebagai pelaku UMKM yang bergerak di bidang pembuatan souvenir pernikahan, dia pun merasa sangat bergantung pada aktivitas di ruang digital. Bukan hanya dalam mencari customer tapi juga mencari supplier, mencari karyawan atau recruitment, mencari social media agency untuk foto pruduct bantuin manage media sosial kita. Bahkan mencari influencer untuk membantu membesarkan brand.
“Bayangkan saja, dengan jaringan internet selama 60 detik sebanyak 26.000 aplikasi telah didownload, ada jutaan email terkurim, 694.000 video telah ditonton di TikTok, 350.000 tweet sudah diunggah, jutaan lagu didengarkan,” katanya.
Di ruang digital, unggahan setiap orang pun bisa langsung dilihat oleh ratusan hingga ribuan orang dan cepat sekali menyebarnya secara realtime. Sehingga rasanya seperti tidak ada batas, semua orang seperti punya panggung yang sama.
“Kalau tujuannya baik punya produk dan ingin terkenal maka ruang digital bagus bisa dimanfaatkan. Tapi kalau kita tidak punya tujuan, kadang kita jadi lupa, jadi over sharing,” sebutnya lagi.
Webinar Literasi Digital di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Webinar kali ini juga mengundang nara sumber seperti Henry V. Herlambang, CMO Kadobox, Reza Hidayat, CEO Oreima Films, dan Eko Ariesta, Founder & CEO Enterpro.id.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.