Sepanjang tahun 2016 sektor pariwisata memenuhi target yang sudah ditetapkan. Dengan rinciannya adalah kontribusi terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 11persen, devisa yang dihasilkan sebesar Rp172 triliun dan penyerapan 11,8 juta tenaga kerja.
“Capaian kinerja pariwisata tahun 2016 ini semakin menguatkan kami untuk meraih target 2017 hingga 2019,” ungkap Arief yahya, Menteri Pariwisata.
Khusus pada tahun 2017, pemerintah menargetkan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 13persen, devisa yang dihasilkan sebesar Rp200 triliun, penyerapan tenaga kerja sebanyak 12 juta, jumlah kunjungan wisman 15 juta dan pergerakan wisnus 265 juta, serta indek daya saing (WEF) berada di ranking 40, dari posisi saat ini di ranking 50 dunia,
Sedangkan target pariwisata 2019 yakni; jumlah kunjungan wisman 20 juta; pergerakan wisnus 275 juta; kontribusi terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 15%; devisa yang dihasilkan sebesar Rp 280 triliun; penyerapan tenaga kerja sebanyak 12,6 juta; serta indek daya saing (WEF) berada di ranking 30 dunia.
Arief mengatakan, dengan target tersebut pertumbuhan sektor pariwisata dipercepat dan diakselerasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyiapkan tiga program prioritas Kemenpar yang akan diimplemtasikan tahun 2017, seperti digital tourism, homestay (pondok wisata), dan konektivitas udara.
Untuk program digital tourism, baru-baru ini dimulai dengan meluncurkan ITX (Indonesia Tourism Exchange) yang merupakan digital market place platform dalam ekosistem pariwisata atau pasar digital yang mempertemukan buyers dan sellers dimana nantinya semua travel agent, akomodasi, atraksi dikumpulkan untuk dapat bertransaksi. “Kami berharap triwulan II/2017 sudah operasional 100 persen dan semua industri pariwisata sudah go digital,” ujar Arief.
Selain itu juga telah diluncurkan War Room M-17 di Gedung Sapta Pesona, kantor Kemenpar sebagai pusat pemantauan berbasis teknologi digital. Dalam ruang War Room M-17 terdapat 16 layar LED touch screen untuk memantau empat aktivitas utama yakni: pergerakan angka-angka pemasaran mancanegara dan pemasaran nusantara, tampilan big data berisi keluhan, kritik, saran, dan semua testimoni baik negatif maupun positif. Pusat intelejen ini menampilkan pergerakan wisman dan wisnus secara real time update termasuk data strategi untuk menghadapi kompetitor yakni: Malaysia sebagai commonenemy dan Thailand sebagai musuh profesional bagi pariwisata Indonesia.
Arief menerangkan, untuk program pembangunan homestay sebagai program pembangunan ‘desa wisata’ yang akan dimulai kembali tahun 2017 dalam rangka mendukung percepatan pembangunan 10 destinasi prioritas sebagai ‘Bali Baru’. Kemenpar menyelenggarakan sayembara desain homestay dan hasil karya para pemenang sayembara itu akan dijadikan model homestay di 10 destinasi prioritas dan sekaligus dalam upaya mengembalikan arsitektur tradisional di daerah tersebut.
“Tahun 2017 kami menargetkan membangun 20.000 homestay, tahun 2018 sebanyak 30.000, dan tahun 2019 sebanyak 50.000 unit. Sebagai quick win pada triwulan I/2017 akan dibangun 1.000 homestay di 10 destinasi prioritas dan destinasi lainnya di antaranya Mandalika dan Borobudur masing-masing sebanyak 110 homestay,” katanya.
Program prioritas 2017 yang sangat startegis adalah pembangunan konektivitas udara mengingat sekitar 75persen kunjungan wisman ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara sehingga tersedianya jumlah kursi pesawat (seat capacity) yang cukup menjadi kunci untuk mencapai target tahun 2017 hingga 2019 mendatang.
Arief menjelaskan, ketersediaan kapasitas seat sebanyak 19,5 juta oleh perusahaan maskapai penerbangan (airlines) Indonesia dan asing saat ini hanya cukup untuk menenuhi target kunjungan 12 juta wisman pada 2016, sedangkan untuk target 15 juta wisman tahun 2017 membutuhkan tambahan empat juta seat. Untuk target 18 juta wisman tahun 2018 membutuhkan tambahan 3,5 juta seat atau menjadi 7,5 juta seat, sedangkan untuk mendukung target 20 juta wisman pada 2019 perlu tambahan tiga juta seat atau menjadi 10,5 juta seat pesawat.
Sementara itu untuk memenuhi tambahan empat juta seat dalam mendukung target 15 juta wisman pada 2017, Kemenpar melakukan strategi 3 A (Airlines–Airport & Air Navigation—Authorities) yang diawali dengan melakukan nota kesepahaman (MoU) kerjasama dengan perusahaan penerbangan Indonesia dan asing yaitu Angkasa Pura I & II dan AirNav Indonesia dalam upaya menambah direct flight berjadwal melalui pembukaan rute baru, extra flight, maupun flight baru dari pasar potensial serta pemberian incentive airport charge dan pengalokasian prioritas slot di sejumlah bandara internasional di Indonesia, serta promosi bersama dalam mewujudkan partnership action program untuk mendukung target pariwisata 2019.