hitcounter
Wednesday , April 23 2025

Thinking Sebelum Posting

Kalau dulu mulutmu harimaumu, kini jempolmu harimaumu. Jari kita yang kini sebagai penentu dalam setiap posting-an. Maka, berpikir sebelum posting itu bukan hanya jargon semata.

Hal tersebut disampaikan Ecep Herirulloh, Relawan TIK Bandung. Dia juga menegaskan, banyaknya konten-konten negatif yang ada di media sosial dan mengakibatkan kerugian di masyarakat baik itu secara psikis, mental dan materi dan sebagainya.

Negara memiliki kewajiban untuk memblokir konten-konten negatif di ruang digital agar tidak memberi dampak negatif bagi warganya terutama generasi muda. Maka dari itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah memblokir 2,6 juta konten negatif

Penanganannya terbatas sehingga akhirnya sampai saat ini masih marak dan sebenarnya yang dibutuhkan kerjasama dengan masyarakat. “Jadi, mereka dapat terus berkarya hal negatif itu karena kita yang mendukungnya. Karena kita para netizen yang setia mengikutinya bahkan karena kita yang mengkonsumsinya. Kalau kita perang terhadap hal itu maka bukan tidak mungkin konten negatif akan sedikit apalagi jika kita membuat konten positif. Konten negatif akan hilang karena kalah dengan yang positif,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (18/10/2021) pagi.

Ibarat air putih dengan air kotor di sebuah gelas. Jika air putihnya banyak, air kotor bisa tersingkir dari gelas. Butuh peran masyarakat untuk memerangi konten negatif, dengan membuat konten positif. Beberapa media sosial yang paling juara urusan konten Twitter karena sampai di tahun 2019 itu ada 613.229 kasus konten negatif. Kenapa bisa demikian? Karena kalau di Twitter mudah membuat akun anonim dan hanya berisi kata-kata. Mudah untuk membuat hate speech, pencemaran nama baik dan hal viral lainnya.

“Sekarang ini menjadi PR bagi pemerintah untuk seperti apa nanti regulasi. Apalagi nanti itu ada Peraturan Menteri (Permen) yang memang akan ada revisi tentang Permen yang memang akan mengatur tentang bagaimana konten negatif ini menjamur di media sosial. Aturan ketat itu diharapkan dapat mengatur situasi di dunia digital menjadi lebih kondusif,” tutupnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (18/10/2021) pagi, juga menghadirkan pembicara, Virginia Aurelia (Founder divetolive.id), Muhmmad Miftahun Nadzir (dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Katherine (owner Organicrush), dan Rio Silaen sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

Indosat Ooredoo Hutchison dan Bank Saqu Luncurkan Kolaborasi Inovatif untuk Perluas Inklusi Keuangan Digital di Indonesia

Jakarta, Vakansi – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat) dan Bank Saqu mengumumkan kolaborasi strategis yang bertujuan …

Leave a Reply