Budaya digital harus dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia, bagaimana mereka sebagai seorang individu dapat membangun wawasan kebangsaan. Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari walaupun semakin banyak tantangannya di era sekarang ini.
Tantangan hadir jika seseorang di dunia digital sering bertemu dengan banyak orang dari berbagai bangsa, banyak membaca sesuatu yang berat sehingga pikiran mereka atau cara pandangnya pun memang menjadi beragam. Menurut Herry Wirawan Sekretaris Karang Taruna Institute, hal tersebut juga dapat mempengaruhi dalam berpikir soal kebudayaan. Namun kita sebagai bangsa Indonesia diwajibkan memiliki sikap dan perilaku menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Sebagai landasan bersosialisasi.
“Manusia harus memiliki mental yang tangguh dan memiliki prinsip dalam menjalankan tugas-tugas berkomunikasi dengan orang lain. Sikap Pancasila ditunjukkan dalam kegiatan kemanusiaan salah satunya saat berjejaring di media sosial, berkomunikasi antarsesama manusia,” ujarnya saat menjadi pembicara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021) pagi.
Kesadaran semua pihak dalam memberikan peran serta yang terbaik bagi bangsa dan negara dalam berbagai hal yang mendukung manusia menjadi manusia sosial yang berbudaya dalam dunia digital. Herry menambahkan, hal tersebut yang melatarbelakangi mengapa budaya digital itu harus disampaikan. Selain tentunya kecakapan dalam budaya berdigital, bagaimana kita juga menyadari ketika memasuki era digital secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital.
Dalam konteks keIndonesiaan, sebagai warga negara digital tiap individu memiliki tanggung jawab meliputi hak dan kewajiban untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya. Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia.
Maka jika Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika ada dalam kebebasan berekspresi maka tidak akan muncul hoaks, ujaran kebencian perundungan siber atau pembatasan akses digital lainnya.
“Tidak akan ada black campaign berbasis agama dan ras, doxing kepada jurnalis yang menulis berbasis data ilmiah atau perang meme Cebong vs Kampret dan Kadrun vs Togog di lini media sosial,” ungkapnya.
Jika di saat pesta demokrasi, nilai Pancasila seakan tergerus fanatisme. Masyarakat terus saja terpolarisasi dan itu bukan bermasyarakat yang baik. Maka dari itu, budaya digital berlandaskan Pancasila hendaknya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Rabu (8/9/2021) juga menghadirkan pembicara Dera Firmansyah (Podcaster), Rahman Jaenudin (Wakil Kepala MAN 1 Cianjur), Chiara Chiasman (Analyst Merchindiser), dan Kevin Joshua sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.