Perubahan paradigma ke arah pembangunan pariwisata berkualitas yang lebih fokus kepada pariwisata berkelanjutan. Untuk itu, penyediaan infrastruktur dasar dan penunjang pariwisata yang berkelanjutan harus disiapkan dan terus didorong. Hal itu diungkapkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno, beberapa waktu lalu.
Gencarnya pengembangan desa wisata, salah satu sarana penunjang pariwisata yang juga dipacu adalah pengembangan akomodasi berupa homestay. Melihat hal itu, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF sejak 2019 mulai menyalurkan pembiayaan homestay.
Direktur Operasional dan Keuangan SMF Trisnadi Yulrisman mengungkapkan, pembiayaan homestay menyasar seluruh pegiat pariwisata di desa-desa wisata. “Mereka bisa menggunakan dananya untuk membangun homestay, merenovasi rumah atau kamar yang bisa digunakan wisatawan,” ujar Trisnandi pada Seminar Pariwisata Nasional bertema ‘Menjaga Momentum Pemulihan Pariwisata, Mengejar Target 280 Juta Wisnus di 2022”, beberapa waktu lalu.
Trisnadi menjelaskan, dana yang dialokasikan untuk program ini sebesar Rp20,2 miliar dan hingga 11 Februari telah terealisasi sekitar Rp8,2 miliar dengan jumlah 100 debitur. “Kami menetapkan suku bunga yang sangat rendah yaitu flat dan fix 3% per tahun, dengan plafon maksimal Rp150 juta per rumah dan tenor 1-10 tahun,” urainya.
Dia menambahkan, saat ini terdapat 12 desa wisata yang sudah menerima fasilitas pembiayaan dari SMF. Di antaranya Desa Wisata Samiran, Nglanggeran, Kuta Mandalika, Sembalun, Mertak, dan Bangsring.
Desa-desa tersebut tersebar mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banyuwangi hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk tahun ini, perseroan negara menyasar lima wilayah baru, di antaranya Likupang di Sulawesi Utara.