Peningkatan jumlah pengguna internet terjadi sejak pandemi Covid-19, dengan segala keterbatasan ruang gerak akhirnya hampir segala aktivitas beralih ke online. Namun meski tampak mudahdan instant sebenarnya interaksi yang terjadi di ruang maya tak jauh bedanya dengan berkomunikasi langsung tatap muka. Sehingga setiap orang harus tetap mengingat keberadaan orang lain dan interaksi di ruang digital perlu diikuti etika serta sopan santun seperti halnya di dunia nyata.
“Individu perlu menyadari, bahwa ada jejak digital di internet yang bias memberikan dampak pada karier dan personal branding. Unggahan maupun komentar negative bias saja mendatangkan masalah di kemudian hari,” kata Chika Amalia, Public Figure Branding & Partnership saat menjadi narasumber di webinar Literasi Digital wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat I, pada Kamis (14/10/2021)
Agar memiliki personal branding yang baik, setiap orang perlu membanjiri media social pribadinya dengan konten positif dan bermanfaat. Misalnya dengan memilih topik yang aman agar tidak memancing respon negatif dari khalayak. Termasuk dalam memilih foto atau bahasa yang baik untuk dilihat pengguna lain di media sosial.
Dia pun mencontohkan kasus yang sering dia tangani, public figure biasanya memakai media social sebagai branding image. Sehingga unggahannya biasanya mengarahkan khalayak untuk berdiskusi terkait materi konten sesuai dengan topik.
Selainitu, sebagai pengguna jejaring sosial di internet setiap orang harus memiliki kebijaksanaan saat memberikan respons. Bukan hanya dalam unggahan berupa foto maupun status saja, termasuksaat membagikan ulang sebuah berita di media sosial. Mengecek terlebih dulu kebenaran sebuah informasi, sebab apa yang dibagikan juga akan memengaruhi personal branding.
“Jangan sampai karena tidak mengecek dan verifikasi informasi ternyata apa yang dibagikan ulang ternyata hoaks,” katanyalagi.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula narasumber seperti Cyntia Jasmine, Founder GIFU, ElfiraFitri, Manager External Student Affairs Universitas Multimedia Nusantara, Mardiana R.L, Vice Principal in Kinderhouse Pre-School, dan Louiss Regi, seorang Content Creator.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.