Konektivitas angkutan udara merupakan permasalahan utama dunia pariwisata Indonesia, khususnya pencapaian target kunjungan wisatawan. Untuk itu, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya melakukan kunjungan kerja dengan road show ke beberapa kantor airlines, diantaranya Air Asia, Sriwijaya Air, Angkasa Pura II dan Garuda Indonesia.
Kunjungan kerja tersebut dalam rangka membangun komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder khususnya dari unsur 3A (airlines, airports, dan authorities) dalam mendukung target pariwisata tahun 2017 hingga 2019 mendatang.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, tersediaannya kapasitas seat sebanyak 19,5 juta oleh perusahaan maskapai penerbangan (airlines) Indonesia dan asing saat ini hanya cukup untuk menenuhi target kunjungan 12 juta wisman pada 2016, sedangkan untuk target 15 juta wisman tahun 2017 masih membutuhkan tambahan 4 juta seat.
Sementara itu untuk mencapai target pariwisata 2018 sebanyak 18 juta wisman membutuhkan tambahan 3,5 juta seat atau menjadi 7,5 juta seat, sedangkan untuk mendukung target 20 juta wisman pada 2019 perlu tambahan 3 juta seat atau totalnya menjadi 10,5 juta seat.
Dalam mempercepat penambahan seat capacity ada tiga hal penting yang perlu dikoordinasikan dengan unsur 3 A yakni, pertama, traffic right (ASA) dan ijin rute harus mengakomodir kebutuhan pasar DOT (destination, original, dan time) masa sekarang dan mendatang serta simplifikasi dan kecepatan ijin rute baru.
Kedua, flight movements dan kapasitas slot bandara harus ditingkatkan melalui pengoptimalan slot manajemen, peningkatan jam operasional, memanfaatkan IT dan HR, serta ekspansi kapasitas fisik. Terakhir, kolaborasi win-win dengan airlines/whole sellers untuk mengembangkan rute baru dalam meningkatkan kunjungan wisman.
“Dengan airlines/whole sellers kami mempunyai dua skema insentif; joint promotion untuk regulet flight yang menjanjikan growth dan cash incentive/pax untuk charter flight dengan rute baru,” kata Arief.
Arif mengharapkan, dukungan kepada para maskapai agar menambah jumlah penerbangan langsung seperti China, dan India. “China dan India potensi pasarnya paling besar di dunia. Jadi akan terasa aneh sekali, jika dari Negara tersebut tidak ada direct flight. Mereka harus transit dulu di Kuala Lumpur. Padahal, wisman dari India ada 300 ribu per bulan, atau ada 1000 per hari,” terangnya.
Dendy Kurniawan, Chief Executive Officer Air Asia Untuk Operasional Indonesia menambahkan, pihaknya siap mendukung program pemerintah Indonesia Incorporated dalam mendatangkan wisatawan ke Indonesia.
“Langkah konkret kami yaitu degan selalu menambah jumlah pesawat dan destinasi baru. Terkahir Bali Narita, sudah dibuka. India akan kami buka pada bulan Mei, disusul China pada bulan Oktober mendatang,” terangnya.
Dendy mengungkapkan, tahun ini Air Asia akan menambah minimal dua airbus 230 dan 330. Kemudian menargetkan ekspektasi peningjatan jumlah penumpang antara 10 sampai 15 persen, dari jumlah tahun ini. Dari penambahan rute-rute baru penumpang internasional sangat dominan.
“Data menunjukan ada sekitar 6,5 juta total passanger carried di tahun 2016, perbandingan domestik dan internasional di angka 40:60 persen. Kemudian tingkat keterisian kursi di tahun 2016 mencapai 84 persen, dan tahun sebelumnya 2015 sekitar 70 persen,” jelas Dendy.