Merasa memiliki suara yang enak didengar? Atau paling tidak senang berbicara, ngobrol ahkan secara monolog? Di era digital bakat, kini itu dapat menjadi peluang rezeki karena dapat dimanfaatkan menjadi podcaster.
Podcast ialah perkataan direkam dan diunggah di internet sebagai medium distribusi. Data dari Spotify di 2020 menunjukkan, Indonesia salah satu negara dengan jumlah pendengar podcast terbanyak di Asia Pasifik dan masuk 10 besar negara potensi podcast tertinggi di dunia.
Pradipta Nugrahanto, seorang podcaster yang sejak 2015 mulai membuat podcast. Dia mengatakan, sekarang lebih mudah memproduksi podcast hanya dengan menggunakan smartphone. “Dulu kita harus produksi dengan microphone seperti orang siaran radio yang dikoneksikan ke computer atau laptop dan untuk mediumnya juga terbatas. Kita dulu hanya bisa pakai beberapa medium untuk bisa ada di internet. Dulu jauh lebih susah dari sekarang,” ungkapnya saat mengisi Webinar Nasional Literasi Digital di wilayah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Selasa (8/6/2021).
Dia pun membagikan tips untuk mulai membuat podcast kepada para peserta webinar. Dimulai dari melihat potensi yang didapat dari minat. “Di spotify itu lebih mudah, tinggal masuk ke kategori kategori gitu. Ada games, politik, horor, komedi dan lainnya tinggal lihat saja mana yang sesuai dengan selera teman-teman yang masih bisa dieksplor. Peluangnya masih sangat banyak dari tiap-tiap kategori itu,” tambahnya.
Kemudian, menentukan konsep, dialog dan monolog. Dialog mungkin ini contohnya lebih umum seperti podcast milik Deddy Corbuzier. Sementara monolog fokusnya hanya di satu orang banyak sekali contohnya. Kalau ada favorit di Spotify paling diminati di Indonesia adalah podcast monolog yang dibawakan oleh Rintik Sedu.
Tahun pertama membuat podcast, Pradipta sudah ditawarkan iklan produk. Setelah itu semakin banyak tawaran lain atau mendapat alat siaran baru. Bahkan, dia juga pernah diajak terbang ke Belanda. Baginya, menjadi podcaster sudah lebih dari cukup untuk sekadar menghidupi. Tawaran mengisi iklan pun berdatangan dan mentor untuk berbagai kelas salah satunya dengan Siberkreasi.
“Semua terbuka jalannya dari podcast, kalau saya nggak buat podcast pada 2015 mungkin ceritanya akan berbeda. Teknologi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Membuat konten juga diperlukan pemikiran yang matang agar berguna bagi masyarakat,” tuturnya.
Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat membuka acara webinar Gerakan Literasi Digital Nasional 2021 mengungkapkan, saat ini yang diperlukan ialah banjiri dunia digital dengan konten positif agar masyarakat tidak mendapat konten negatif ataupun hoaks. Presiden juga berharap penggunaan media digital untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi harus diimbangi dengan adanya literasi digital untuk meningkatkan kecakapan masyarakat dalam menggunakan media berbasis digital.
Gerakan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat ini juga mengundang narasumber Aribowo Sasmito (Co-Founder & Fact-Check Specialist of MAFINDO) dan Yani Sujaya (Mafindo) serta Matahari Timoer (ICT Watch).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia Kegiatan ini diprakarsai Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemkominfo RI) bersama Sinerkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada tahun 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.