Pada masa pandemi Covid-19, RedDoorz Indonesia berhasil mencatatkan peningkatan bisnis yang cukup positif di kuartal ketiga 2020 yakni sebesar 80 persen dalam pemesanan kamar dan peningkatan tingkat hunian hingga 50 persen selama Maret hingga Oktober 2020. Angka ini lebih tinggi di atas rata-rata okupansi nasional yang hanya 36 persen, berdasarkan Laporan STR Hotel Database, perusahaan bisnis intelijen independen untuk hospitality.
Aidil Mubarak, VP Operations of RedDoorz mengakui bahwa pandemi Covid-19 memang mendisrupsi performa bisnis RedDoorz sejak Maret 2020. Dalam menghadapi kondisi tersebut, RedDoorz terus melakukan berbagai inovasi dengan meluncurkan beberapa produk seperti HygienePass dan RedHeroes, yang membantu mereka serta mitra properti bertahan di masa pandemi.
“Pertumbuhan bisnis yang cukup positif di kuartal ketiga ini membuat kami semakin optimis dan berharap pariwisata domestik akan pulih kembali. Dengan semangat optimisme tersebut, pihaknya pun kini tengah bersiap memasuki fase untuk terus bertumbuh di industri pariwisata,” ujar Adil, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima vakansi.
Berdasarkan, laporan terbaru dari McKinsey terkait industri travel dan pariwisata, ada tanda-tanda permintaan laten untuk travelling. Konsumen tertarik untuk untuk berwisata kembali setelah larangan untuk traveling diangkat, bahkan bersedia untuk melakukannya sebelum vaksin tersedia.
Selain itu, riset dari Blackbox and Dynata mengungkapkan 44 persen dari responden saat ini tidak ingin untuk melakukan perjalanan internasional, mereka lebih memilih perjalanan domestik dengan mementingkan faktor kesehatan dan keamanan.
Pariwisata domestik juga diprediksi akan semakin diminati saat ini. Tak ayal, pemerintah pun berupaya meningkatkan kembali industri pariwisata dengan membuka beberapa destinasi pariwisata.
Dalam rangka memperkuat rencana ke depan, RedDoorz akan menghadirkan merek hotel baru, yakni, Sans Hotel. Properti pertama untuk merek hotel ini akan hadir pada pertengahan November 2020. Sans Hotel nantinya akan menjangkau pelancong dari generasi GenZ dan millennial.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2020, populasi penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) akan mencapai 179.1 juta orang, dan lebih dari sepertiganya atau sekitar 63.5 juta adalah millenials (usia 21-36 tahun). Hal ini menjadikan generasi millenials sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia, termasuk sektor pariwisata. Ditambah lagi,millennials dan gen Z adalah social media savvy, yang gemar berbagi foto dan video estetik dari perjalanan mereka di platform social media.
“Saat ini, kami tengah mempersiapkan beberapa properti yang akan menjadi Sans Hotel. Peluncuran merek baru ini nantinya akan memperkuat langkah kami menuju platform multi-brand hospitality. Dengan peluncuran produk co-living, KoolKost di awal tahun ini, kami ingin menjadi one-stop platform untuk memenuhi kebutuhan akan akomodasi. Indonesia merupakan negara majemuk dan memiliki generasi muda yang dinamis, Sans nantinya akan menjadi teman perjalanan anak muda setelah masa pandemi ini, dengan memberikan nuansa hangat dan muda serta memenuhi standar kebersihan dan kesehatan di setiap property,” ujar Adil
Sans berasal dari bahasa gaul dari “santai”, nantinya akan memberikan pengguna dengan layanan hospitality yang mengedepankan semangat anak muda serta nuansa santai. Sans Hotel akan dilengkapi dengan furnitur trendi serta amenities yang dirancang untuk memberikan kesan santai yang sesuai dengan nama Sans. Sans diposisikan untuk memberikan kenyamanan bergaya yang dipadukan dengan teknologi pintar dan harga terjangkau.