Budaya digital diartikan sebagai hasil dari pola pikir, kreasi, dan cipta karya manusia berbasis teknologi internet. Budaya digital ini dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Budaya digital ini membuat kita melakukan apapun menggunakan teknologi dan internet.
“Masyarakat ini sebenarnya memiliki ketergantungan terhadap teknologi terkini. Pada awalnya manusia sebagai mahluk sosial melakukan interaksi secara langsung. Adanya teknologi membuat nilai budaya tatap muka langsung sudah mulai memudar secara tidak sengaja,” ujar Verro Rousmawati, Instruktur EdukasiID, saat menjadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (5/7/2021).
Verra Rousmawati selaku narasumber mengatakan, budaya itu terdiri dari tiga aspek, praktik, produk, dan perspektif. Secara garis besar, ketiga aspek ini saling berkaitan. Praktik sebagai pola interaksi sosial atau perilaku akan menghasilkan sebuah produk berupa makna, sikap, nilai, gagasan. Kemudian, terkait produk ini akan bergantung pada perspektif terkait kreasi dan perwujudan budaya tertentu.
Di dunia digital ini, budaya tidak lepas kaitannya dengan media sosial. Dari tahun ke tahun pengguna media sosial ini selalu meningkat secara signifikan. Di Indonesia sendiri, pengguna media sosial sebanyak 170 juta.
Seperti kebanyakan media digital yang ada, media sosial ini tidak lepas dari dua sisi positif dan negatif. Dampak positif penggunaan media sosial ini memudahkan berkomunikasi dengan jarak jauh. Sementara, dampak negatifnya, media ini banyak digunakan untuk menyebarkan kebencian.
“Kedua dampak ini mempengaruhi perubahan sosial yang ada di masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat mempengaruhi pola interaksi sosial yang bisa membangun karakter manusia menuju hal baik atau bahkan sebaliknya,” tutur Verra.
Ia menyampaikan, terhadap keadaan sosial masyarakat, media sosial ini berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi dalam memperoleh informasi. Dari segi ekonomi, ini menguntungkan untuk berbisnis secara online. Media sosial juga mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam berinteraksi. Seperti budaya bersalaman yang lekat dengan masyarakat Indonesia, sekarang ini sudah tidak ada lagi. Terlebih di kondisi pandemi yang mengharuskan kita untuk berjaga jarak.
Kalau direfleksikan, pengaruh media sosial dalam budaya pendidikan kita saat ini, terutama di kondisi pandemi sangat berpengaruh. Biasanya anak sekolah belajar di ruang kelas saat ini berubah di depan layar, serta tidak bisa melakukan interaksi secara langsung. Menurutnya, pandemi seakan mempercepat kita untuk beradaptasi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang ada.
Dengan tidak meninggalkan budaya yang telah ada, perlu diingat bahwa teknologi bukanlah penghalang kiita dalam melestarikan budaya multikultur di Indonesia. Sebaliknya, kemajuan teknologi bisa menjadi alat pendukung untuk selalu melestarikan budaya Indonesia di mata dunia.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (5/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Dendy Muris (Dosen Komunikasi Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR), Abdul Aziz (Kepala Program Multimedia SMK Assalam Depok), Riyantoro Djati (Waka Hubungan Industri SMK Assalam Depok, Founder RuangKreatif.com), dan Randi Rinaldi.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.