Pentingnya peran media dalam memberitakan kejadian bencana sehingga akan sangat mempengaruhi persepsi publik terhadap bencana yang terjadi. Oleh karena itu, media diminta untuk turut serta menjadi bagian dari upaya mitigasi bencana demi mewujudkan iklim yang kondusif bagi pengembangan sektor pariwisata.
Hal itu diungkapkan Menteri Pariwisata Arief Yahya, pada diskusi dan sosisalisasi mitigasi bencana bertema ‘Be aware, Be prepare Before Traveling’ yang digelar oleh bagian Manajemen Krisis Kepariwisataan, Biro Komunikasi Publik (Komblik) Kemenpar bersama Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) di A One Hotel Jakarta, beberapa waktu lalu,
Arief menambahkan, fungsi media juga mesti memberi daya dukung terhadap upaya mewujudkan iklim yang kondusif bagi pengembangan sektor pariwisata. “Diskusi mitigasi bencana bertujuan agar para jurnalis memahami apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana,” kata Arief.
Arief menjelaskan, begitu muncul bencana, media gencar memberitakan kemudian diikuti “travel advisory” dari negara-negara sumber wisman. “Bila pemberitaan bencana tersebut cepat dan akurat maka akan mengurangi dampak negatif pada pariwisata,” kata Arief.
Oleh karena itu dia menilai peran media sangat menentukan terhadap tetap kondusifnya pariwisata di suatu daerah pasca-bencana terjadi. “Kalau beritanya keliru, kacau kita,” kata Arief Yahya.
Hal yang paling berpengaruh terhadap kunjungan wisman ke wilayah rawan bencana adalah status bencana di daerah tersebut mulai dari status waspada, siaga, awas, hingga status darurat.
“Begitu pemda menetapkan daerah statusnya ‘darurat’ apa yang terjadi? Di seluruh dunia menerbitkan ‘travel warning’ atau ‘travel advice’ tidak boleh berkunjung ke daerah itu,” kata dia.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, peran media dalam keterbukaan informasi dan akses media menjadi ujung tombak dari bangsa untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan.
“Media massa dapat terus mengedukasi dan mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu tangguh. Ini tentu tidak terlepas potensi bahaya yang ada di tanah air, seperti bencana alam, bencana non-alam, dan bencana akibat ulah manusia,” katanya.
Lanjut Sutopo, setiap daerah di Indonesia, memiliki ancaman bahaya yang berbeda-beda. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman karateristik ancaman bahaya perlu untuk digali dan diinformasikan kepada masyarakat.
“Media punya peran luar biasa. Karena bagi media ‘bad news is a good news’. Informasi hendaknya tidak membuat risau tetapi semakin masyarakat tahu dan sadar, sehingga bangsa kita bisa saling mengingatkan dan mengontrol. Ini untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian,” pungkasnya.
Diskusi yang dihadiri 100 media nasional itu juga dihadiri oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Managing Director PT Banten West Java, Fachrully R Lahasido, Kepala Bagian Humas BMKG, Ahmad Taufan Maulana, dan Kepala Biro Komblik Kemenpar Guntur Sakti.