Banyak perubahan perilaku yang terjadi akibat teknologi bahkan cenderung mementingkan konten di media sosial. Dibanding dengan nilai kemanusiaan bahkan dapat kita melihat fakta di lapangan anak-anak kita generasi muda Indonesia lebih banyak di depan gawai atau komputer. Mereka sibuk berselancar di dunia maya atau bermain game online.
Muhajir Sulthonul Aziz, Ketua Relawan TIK Surabaya mengatakan, budaya sudah berubah meliputi perilaku kebiasaan. Tengok saja anak-anak dulu di lapangan, bermain sepak bola, layangan, tapi sekarang semua di rumah saja atau malah di warnet. Beberapa dari anak-anak kecil itu usia sekolah dasar sudah kecanduan internet.
“Tidak masalah mereka senang bermain gawai, tahu mengakses internet tapi bagaimana cara orang tua mengubah kecanduan internet dari yang negatif menjadi positif,” jelasnya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat (16/7/2021).
Berikan pemahaman kepada mereka tentang fungsi internet yang positif, masukan mereka ke kelas literasi digital versi anak-anak atau tunjukan video literasi digital anak. Tujuannya agar mereka tahu manfaat positif dari internet.
“Anak atau keluarga yang kecanduan negatif ini karena kurangnya informasi dan dorongan positif terkait manfaat internet. Coba kerjaan sesuatu kegiatan positif baru di internet bersama. Sangat banyak kegiatan atau tontonan di internet yang bisa membuat stimulus agar anak atau keluarga kita menggunakan internet untuk hal yang lebih positif,” ujar konsultan digital marketer ini.
Orang tua dan anak dapat bersama membuat konten di YouTube, menjadi vlogger atau hunting foto untuk di-posting di media sosial. Buat stop motion atau kreasi yang lainnya yang bisa dibagikan di media sosial agar anak paham konten apa yang sebaiknya diunggah di media sosial.
Komunikasikan kepada keluarga dan rekan apabila sedang fokus terhadap suatu program dalam internet agar mendapat dukungan serta tidak salah paham. Apapun yang anak ingin lakukan di internet orang tua mendukung namun tetap harus membuat aturan untuk anak di dunia maya. Buatlah batas waktu sendiri untuk membatasi diri agar tidak terlalu fokus bersama gawai dan jangan lupa kita sebagai orang tua pun harus bisa membatasi.
“Para bapak yang sudah kerja seharian ketika di rumah tidak lagi memegang handphone-nya waktu untuk memberikan perhatian kepada istri dan anak,” pesannya.
Ajari anak juga untuk menghasilkan atau cari sampingan agar lebih produktif dan penghasilan. Usaha berjualan online atau membuat kreasi kemudian dijual di online bisa juga menjadi content creator atau selebgram.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat (16/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Geri Sugiran (Dewan Pembina RTIK Jawa Barat), Loina Lalolo, Didin Miftahudin (Founder Gmath Pro Indonesia) dan Valentina Melati sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.