Ketika masyarakat melek digital ada ancaman teknologi yang bersama-sama harus kita waspadai yakni kejahatan siber yang berdampak pada kerugian ekonomi seperti penipuan saat transaksi jual beli. Perundungan siber yang berdampak pada rasa tidak berharga, dilecehkan dan memicu frustasi pada korbannya. Kemudian yang paling mengerikan ancaman pencurian data yang berdampak pada aspek pribadi lainnya karena informasi disalahgunakan pihak lain. Terakhir, penyebaran berita hoaks dapat berdampak pada stabilitas lingkungan dan berpotensi menimbulkan perpecahan.
Permasalahan-permasalahan itu memunculkan kasus-kasus yang banyak viral di dunia digital. Afif Susanto, guru SMAN 4 Cirebon menyebut, dalam beberapa bulan terakhir kita dapat melihat netizen Indonesia melakukan tindakan rasis kepada salah satu pemain liga Inggris. Ini sempat menjadi trending di Twitter berarti sudah menjadi suatu permasalahan yang harus kita pecahkan bersama agar lebih bijak.
Kemudian yang terjadi pada salah satu public figure yang mendapat komentar negatif dari netizen yang memang mengaku menjadi haters. Sangat disayangkan di zaman sekarang seseorang bangga menjadi pembenci manusia lain. Tidak heran netizen Indonesia disebut sebagai warga digital yang tidak sopan di Asia Tenggara dan dan Asia Pasifik.
Hal tersebut terjadi karena berbagai faktor penyebab, pertama karena masih lemahnya literasi digital di masyarakat. Maka, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga Siberkreasi menginisiasi gerakan literasi digital. Terutama para generasi muda yang kini sangat dekat dengan dunia digital. Faktor kedua kurangnya teladan dalam dunia digital.
“Saya melihat figur publik saat ini yang trending ataupun viral itu malah berasal dari konten-konten yang kontroversi yang sangat disukai oleh masyarakat. Kita semua tentu berharap ke depannya para mereka yang terkenal di jagad dunia digital bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi netizen di Indonesia. agar tidak ada lagi permasalahan digital yang terjadi atau tidak ada lagi hal-hal viral yang negatif,” jelasnya.
Faktor terakhir yakni kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kita tahu pandemi membawa dampak salah satunya terjadinya krisis ekonomi. Pengangguran di masyarakat semakin banyak sehingga media sosial media menjadi salah satu pelampiasan untuk mereka berkeluh kesah, untuk menyampaikan semua hal yang mereka alami. Terkadang tanpa batas atau tanpa saring lagi sehingga yang nampak hanya berupa umpatan kasar.
Belum lagi banyak waktu luang yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia sehingga lebih dimanfaatkan untuk hal-hal yang kurang produktif di media digital. Seperti mengomentari kehidupan orang lain atau juga membagikan berita dan informasi hoaks.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (12/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Andi Astrid Kaulika (entrepreneur dan digital marketer), Sahrir Romdon (Instruktur Edukasi4ID dan Youtuber), Sugiarti (instruktur Virtual Coordinator Trainer Jawa Barat) dan Yumna Aisyah sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.