hitcounter
Thursday , December 12 2024

Pentingnya Etika Saat Interaksi di Dunia Digital

Akibat pandemi masyarakat Indonesia maupun dunia hidup menjadi manusia amphibi yang dapat hidup di dua dunia nyata dan maya, semua serba digital. Devie Rahmawati, dosen Vokasi Universitas Indonesia menyebut, dunia digital seharusnya menjadi berkah bukan bencana bagi kita semua maka dari itu sebagai dasarnya membutuhkan etika yang mengatur perilaku baik dan buruk.

Komunikasi menjadi penting ketika sedang berinteraksi di dua dunia itu. Sama halnya dengan dunia nyata pada dunia digital kunci kesuksesan hidup adalah komunikasi yang beradab dan bermartabat.

Komunikasi itu sangat penting terbukti para penguasa dunia atau orang terkaya di dunia menyebutkan komunikasi sebagai kemampuan mereka merebut hati konsumen, kepercayaan investor dan meyakinkan konsumen sehingga membuat bisnis mereka sukses. Berbeda dengan jika seseorang melakukan komunikasi yang buruk banyak mendatangkan hal lebih buruk pula sampai menghilangkan nyawa.

Dalam studi tahun 2013 Jurnal Keamanan Pasien di Amerika Serikat menyebutkan ada 400 ribu setiap tahunnya pasien meninggal akibat komunikasi buruk dari petugas kesehatan.

“Komunikasi yang masih harus diperbaiki dalam tata cara kehidupan di dunia digital maka penting untuk selalu menjadi warga negara Indonesia yang beretika di dunia nyata maupun digital. Sehingga tidak ada lagi julukan netizen Indonesia paling tidak sopan,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Jumat (16/7/2021).

Ada tiga gaya yakni persuasif, agresif dan pasif. Ketiga komunikasi ini bisa negatif dan positif namun jika ketiga komunikasi ini dilakukan buruk di media sosial. Siap-siap bahaya mengincar.

Komunikasi agresif negatif yaitu perundungan,sudah ada kasus akibat diejek di media sosial, seorang pelajar tewas. Perundungan juga jangan disepelekan karena nyata dapat membuat orang depresi hingga berujung bunuh diri. Selain perundungan, komunikasi negatif yang agresif ialah pelecehan. Pelecehan ini juga dapat tejadi di dunia maya seperti mengirimkan gambar porno dan lainnya.

Komunikasi persuasif negatif yakni penipuan online, denga mudahkan terbujuk rayu atau juga meminjam online. Akibat komunikasi persuasif yang negatif kerugian masyarakat akibat investasi bodong dari tahun 2011 sampai akhir tahun 2020 mencapai Rp 114,9 triliun menurut OJK.

“Komunikasi persuasif negatif juga terjadinya perdagangan manusia, lagi-lagi bujuk rayu. Perdagangan orang ini dengan modus eksploitasi anak dijanjikan magang di luar negeri padahal diperkerjakan selama 18 jam sehari dengan gaji rendah serta perlakuan tidak manusiawi,” jelasnya.

Komunikasi pasif negatif di ruang digital yakni kecanduan gawai maupun game online. Hasilnya rumah sakit jiwa kini ramai dikunjungi anak dan remaja karena kecanduan. Memang sekarang ini gawai menjadi pengasuh anak terbaik.

Selain kecanduan, komunikasi pasif yang negatif ialah judi online bukan hanya berdampak pada ekonomi namun juga mengancam data digitak, penyebaran virus, pornografi dan menjadi pemalas. Pornografi menjadi komunikasi pasif negatif, Jika terus meluas nasib Indonesia terancam sebab data menyebut usia anak 11 tahun di Indonesia terpapar pornografi.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Jumat (16/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Wijaya Kusuma (Ketua RTIK Subang), Aidil Wicaksono (entrepreneur, podcaster), Bukhori (Relawan TIK) dan dr. Wafika Andira sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

Tingkatkan Solusi Keamanan Siber, ITSEC Asia Jalin Kemitraan Strategis Dengan Senhasegura

Jakarta, Vakansi – PT ITSEC Asia Tbk, salah satu perusahaan keamanan siber terbesar di Asia …

Leave a Reply