Pemerintah merencanakan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) sebagai ujung tombak transformasi ekonomi tahun 2020-2024. Hal itu diungkapkan Staf Ahli Menteri (SAM) Bidang Sosio-Antropologi Kemenko Marves Tukul Rameyo Adi dalam Pertemuan virtual Optimalisasi Fasilitasi Kekayaan Intelektual Sektor Parekraf dalam Tatanan Kenormalan Baru.
“Bahwa sektor parekraf ini untuk rencana pengembangan 5 tahun ke depan telah dicanangkan sebagai ujung tombak transformasi ekonomi 2020-2024. Lima tahun ke depan, pertumbuhan ekonomi kita tidak lagi berbasis pada bahan mentah, tetapi bertransformasi menjadi nilai tambah,” kata SAM Rameyo, Selasa (07-07-2020).
Rameyo menjelaskan setidaknya ada dua nilai tambah yang terkait langsung dengan sektor parekraf yakni pengembangan destinasi unggulan serta penguatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital melalui kuliner, fashion, kriya, aplikasi, konten digital, games, film, musik, dan sebagainya.
“Ini merupakan keinginan sekakigus komitmen pemerintah untuk menjadikan sektor parekraf sebagai ujung tombak transformasi ekonomi, jadi tidak lagi berbasis sumber daya alam komoditas mentah, tetapi lebih menjadi nilai tambah,” ujarnya.
Lanjut Rameyo, nilai tambah parekraf sangat besar secara target untuk pemerintah menjadikan tombak ekonomi, yang target tersebut dicapai melalui nilai tambah dengan beberapa sasaran seperti pendampingan dan inkubasi, pengembangan center of excellence, fasilitas inovasi dan penguatan sistem brand, pengembangan dan revitalisasi ruang kreatif/ klaster/ kota kreatif dan be creative district (BCD), penerapan dan komersialisasi hak atas kekayaan intelektual (HKI), serta penguatan rantai pasok dan skala usaha kreatif.
“Dalam hal ini yang saya berikan highlight adalah HKI. Dukungan HKI terhadap nilai tambah ekraf targetnya lumayan tinggi, dari 1000T di tahun 2018-2019, ingin ada peningkatan tambahan sekitar 700 T pada tahun 2024. Ini luar biasa dan memang perlu berkolaborasi. Meskipun target yang diputuskan sebelum COVID-19, tentunya ada kemungkinan dievaluasi kembali setelah memasuki tatanan new normal. HKI ini menjadi isu yang sangat penting yang perlu bersama-sama mencari peluang atau strategi untuk menfasilitasi baik dalam bentuk konsultasi maupun komersial sendiri,” tambahnya.
Rameyo menjelaskan mengapa pemerintah berkeinginan besar menjadikan sektor parekraf yang bisa dijadikan sebagai pertumbuhan ekonomi, menurutnya hal ini tidak terlepas dan sejalan dengan beberapa kajian, salah satunya mengenai kajian INDEF Universitas Indonesia yang mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia selain pendekatan klasik, akan semakin secured jika didukung dengan strategi pertumbuhan endogenous growth, di mana tidak berbasis pada investasi yang besar besaran tetapi berbasis pada industri inovasi, serta bukan high tech, tetapi industri kreatif.
“Karena menurut INDEF, daya saing kita sebetulnya berada di keanekaragaman alam dan budaya yang dimiliki Indonesia. Ini akan melahirkan berbagai macam kekayaan intelektual. Oleh karena itu INDEF menyarankan kepada pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi ke depan sebaiknya diprioritaskan untuk memilih endogenous growth strategy berbasis kepada industri inovasi kreatif. Inilah yang mungkin perlu kita dorong. Oleh sebab itu, semoga kita melahirkan gagasan dan masukan sehat untuk mendukung HKI kita,” pungkasnya.