Bahaya internet yang dikhawatirkan terjadi pada anak salah satunya adalah pornografi. Pornografi sendiri menurut UU No.44 tahun 2008 merupakan sketsa, foto, tulisan, suara, animasi, kartun, atau bentuk desain lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi di muka umum yang membuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan masyarakat.
Menurut data paparan pornografi pada anak Indonesia pada Juni 2018 melalui skrining Kementerian Kesehatan mengenai adikasi pornografi pada siswa SMP dan SMA dari 1314 responden di kota besar adalah 98,3% telah terpapar pornografi. Tingkat kecanduan pornografi dimulai dari durasi 1-2 kali setahun, lebih dari 6 kali, sebulan sekali, setiap minggu, setiap hari hingga menggangu keseharian, dan yang paling teratas sudah tidak berdaya dan putus asa jika tidak melihat pornografi.
“Pengaruh pornografi ke anak ini memengaruhi otak yaitu fungsi Pre Frontal Cortex yang membedakan antara otak manusia dengan otak hewan dalam menata emosi, konsentrasi, pemahaman, empati, berpikir kritis, membuat rencana masa depan, membentuk kepribadian dan berperilaku sosial,” ujar Nandya Satyaguna seorang Medical Doctor saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (19/8/2021).
Orang tua dapat memberikan pendidikan seksual sejak dini pada anak, tapi tentunya sesuai usia. Ketika anak berumur 0-3 tahun, orang tua bisa mengajarkan pengenalan organ kelamin, perilaku sehari-hari dan menanamkan rasa malu. Di usia 4-5 tahun orang tua sudah bisa mulai mengajari bagian tubuh pribadi, perbedaan laki-laki dan perempuan, dan bagaimana bayi bisa berada di rahim ibu.
Selanjutnya pada usia 6-8 tahun orang tua mulai mempersiapkan anak melalui masa pubertas. Sementara di usia 9-12 tahun orangtua mulai berkomunikasi dengan anak mengenai perubahan yang mungkin terjadi. Di antaranya tentang menstruasi, ereksi, dan ejakulasi. Di tahap ini orang tua perlu mengajarkan anak harga diri dan norma dalam masyarakat.
“Usia 13-18 tahun orang tua mulai mengajarkan mengenai perasaan dan cinta, keintiman, cara mengatur batas dalam hubungan dengan lawan jenis,” tuturnya lagi.
Webinar Literasi Digital wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Di webinar kali ini, hadir pula nara sumber seperti Teguh Kurniawan, Business Owner Bimasakti, Monica Eveline, Digital Strategist Diana Bakery, dan Fiona Damanik, Counseller Universitas Multimedia Nusantara.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.