hitcounter
Tuesday , December 3 2024

Pameran Tunggal Hope is Not Cancelled Gambarkan Perjuangan dan Emosi Arti Gidwani Selama Pandemi

Pada hari jumat, tanggal 22 – 27 April 2022 mendatang, para penikmat seni dapat melihat keunikan dan makna karya-karya Arti Gidwani—seniman dengan spesialisasi keramik dan tembikar dalam pameran tunggal bertajuk “Hope is Not Cancelled” di Can’s Gallery, Jl. Tanah Abang II No.25, Jakarta Pusat.

Hope is Not Cancelled ini adalah refleksikan perjalanan emosional Arti selama dua tahun ke belakang. “Ketika krisis datang, manusia beralih ke beragam medium untuk menyalurkan pengalaman mereka,” tutur Arti tentang inspirasi karya terbarunya.

Seniman kelahiran 1962 dari India ini menambahkan, ini merupakan cara dirinya untuk berdamai dengan kesulitan, cara menemukan kekuatan, dan serta menyalurkan emosi dan medium untuk memahami dan berkontemplasi di masa-masa yang sulit.

Pameran tunggal Hope is Not Cancelled yang dibuka untuk umum dari pukul 10:00 – 17:00 WIB ini memamerkan karya-karya terbarunya yang dipenuhi semangat positif, harapan, humor, afirmasi, energi, kegembiraan, dan lainnya,

Karya terbarunya ini terinspirasi dari pandemi global yang menghantam dunia pada awal 2020. “Saya ingin kita semua tahu dan percaya bahwa kita bersama-sama di masa sulit ini, dan kita tidak sendirian,” ungkap Arti.

Dalam membuat karyanya, dia menggunakan teknik tradisional. “Saya membuat karya-karya saya memakai teknik tradisional yang biasa digunakan di India dan Indonesia selama ribuan tahun,”ujarnya.

Selain itu, Arti pun biasanya menggunakan barang pecah belah dan terakota di mana mayoritas merupakan buatan tangan dan memiliki warna memikat dalam karyanya.

Arti menyukai tembikar karena memiliki kedekatan dengan kehidupan sehari-hari, itu sebabnya, di dalam karya-karyanya ia kerap menyelipkan humor serta perayaan mengenai hidup. Dia percaya bahwa sebuah tanah liat dapat dicetak menjadi beragam bentuk dan bercerita melalui bentuk-bentuk tersebut.

Beberapa seniman dengan nama besar seperti Keith Haring, Yayoi Kusama, dan Jean-Michel Basquiat sangat mempengaruhi gaya seninya. Bahkan beberapa nama tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi Arti dalam dirinya.

Beberapa nama seniman tersebut kerap menginspirasi dirinya dalam berkarya, ini terlihat jelas dalam goresan warna, tema isu sosial, pemikiran out-of-the-box, serta peleburan isu politik dan ketidakadilan.

Dalam dua dekade terakhir, karya-karya Arti telah ditampilkan dalam pameran tunggal maupun kelompok serta sejumlah peragaan busana. Ajang-ajang tersebut di antaranya Rang Barse I and II (2006, 2008, Jakarta); Ceramic Expressions (2009, Ita’s Gallery, Jakarta); Lens and Clay (2010, Koi Gallery, Jakarta); Clay with Silvery Lining (2012, Indigo Blue Art Gallery, Singapore).

Kemudian karya pun mejeng di  A Touch of Silver and Clay (2012, Alun Alun, Grand Indonesia, Jakarta); This World Askew (2014, Artotel, Jakarta); Fashion Show – Rustic Attic: The Birth of Cool (2012, Jakarta) dan masih banyak lagi.

Selain pameran dan peragaan busana, karya-karyanya pun telah ditampilkan di sejumlah majalah dan jurnal serta dapat ditemukan di tangan para kolektor serta ruang publik di Jakarta dan dunia.

About Pasha

Check Also

Aquabike Jetski World Championship Danau Toba Hari Keempat di Samosir: Pengunjung Antusias, UMKM Meraup Berkah

Samosir, Vakansi – Penyelenggaraan Aquabike Jetski World Championship di Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara, memasuki …

Leave a Reply