Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang makin cakap digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menyelenggarakan acara bertajuk Gerakan Nasional Literasi Digital 2021.
Dalam acara webinar literasi digital wilayah Badung, Provinsi Bali, Senin (28/6/2021), sebanyak lima (5) narasumber memberikan paparan terkait literasi digital seperti perubahan interaksi sosial di tengah era digital dan apa yang boleh serta tidak boleh dilakukan dalam menggunggah konten digital.
Kelima narasumber tersebut adalah Digital Marketing Manager Josephine Brightnessa; Senior Associate Partner PT Maxplus Robby Wahyu Utomo; dosen UNHI sekaligus penyuluh agama I Kadek Satria, S.Ag. M.Pd.H; dan Padma Nyomana Crisnapati serta Putri Pariwisata Chika Mailoa.
Menurut Kadek Satria, era digital adalah suatu kondisi atau zaman di mana semua kegiatan yang mendukung kehidupan sudah dipermudah dengan teknologi. “Pada era digital ini, interaksi kita tidak murni bertemu tetapi bisa dilakukan melalui teknologi,” kata Kadek, Senin (28/6/2021).
Kadek juga memaparkan mengenai syarat interaksi sosial di antara lain adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Sementara mengenai perubahan interaksi sosial di era digital, kata Kadek, masyarakat kini cenderung berinteraksi menggunakan alat dan penyebaran informasi yang lebih cepat.
Penyampaian pesan juga bisa dilakukan lebih rahasia atau tidak rahasia. “Lebih rahasia misalnya menggunakan telepon atau tidak rahasia yaitu komunikasi menggunakan media sosial,” tambahnya.
Kadek Satria juga menyampaikan beberapa peran positif interaksi di media sosial seperti sebagai media penyimpanan informasi, membuat anak dan remaja lebih bersahabat, menyambung silaturami, mempermudah berbelanja, dan mempercepat siar agama dll.
Sementara sisi negatif media sosial adalah membuat seseorang susah bersosialisasi, lebih sering menggunakan bahasa informal sehingga bahasa formal menjadi terlupakan, membuat seseorang lebih mementingkan diri sendiri, membuat anak dan remaja menjadi lalai dan terlalu asyik dengan dunia maya.
Selain itu, ada juga tantangan serius yang dihadapai saat interaksi mengandalkan teknologi digital seperti media sosial. Tantangan tersebut kata Kadek, kurangnya kontak badan, membunuh kreativitas anak, kesehatan yang menurun, memperkuat egoisme.
Selain itu, Kadek Satria juga menyebut tantangan lain dari interaksi yang berubah ini adalah eksploitasi berlebihan yang berisiko memunculkan masalah, daya ingat dan kreativitas yang menurun, dan risiko munculnya masalah keluarga.
Untuk itu ia mengimbau pentingnya untuk memanfaatkan interaksi di media sosial hanya dalam waktu tertentu. “lebih dekat dengan alam dan manfaatkan waktu bermedia digital dengan mengimbnagi olahraga dan dekat dengan alam.”
Ia juga mengimbau pentingnya konsumsi herbal serta menyeimbangkan interaksi sosial digital dan nondigital.
Pada kesempatan yang sama, dosen Institute Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali – Padma Nyoman Crisnapati menekankan pentingnya etika, etiket dan netiket dalam bermedia digital.
Kata Padma, netiket adalah singkatan dari network etiket, atau sebuah tata krama dalam menggunakan internet. Netiket dalam mengirim pesan digital antaranya menulis pesan dengan ejaan yang benar dan kalimat yang sopan, tidak menggunakan huruf kapital semua, membiasakan menulis subject surel, tidak mengirim spam, menghargai hak cipta orang lain, menghargai privasi orang lain dan tidak menggunakan kata-kata jorok dan vulgar.
“Ketika kita sudah tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam bermedia digital, harusnya kita bisa lebih bijak dalam bermedia sosial,” tutupnya.