Meningkatnya pengguna internet dan media sosial di Indonesia tidak sebanding dengan tingkat literasi dan kebijaksanaan seseorang dalam menggunakannya. Terbukti, menurut Microsoft, netizen Indonesia mendapat julukan tidak sopan se Asia Pasifik. Dalam hal ini, tentu dipengaruhi oleh bijaknya seseorang dalam berkomentar dan menggunakan platform media digital.
Menurut Genie Wirawan Rafi, Bendahara Umum Dewan Perwakilan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kuningan, orangĀ yang tidak bijak di kolom komentar dalam menggunakan platform digital kebanyakan memiliki alasan merasa ingin mengekspresikan diri. Ketika di media sosial, dia ingin menjadi orang yang berbeda dari dirinya di dunia nyata.
āSelain itu, alasan lainnya tidak secara langsung bertatap muka. Kalau di depan umum, dia cenderung lebih diam. Akan tetapi, karena tidak bertatap muka dia jadi mengeluarkan unek-unek dalam dirinya. Meskipun, dalam hal ini postingan orang lain berbeda dengan masalah yang dimiliki,ā jelas Genie dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Senin (26/7/2021).
Poin ketiga, mudah berlindung dengan identitas palsu. Kebanyakan yang berkomentar tidak menggunakan identitas asli. Terkadang orang-orang yang berkomentar negatif ini merupakan tipe orang yang kurang memiliki kontrol atas dirinya. Kemudian, tidak memahami konteks postingan dan kejadian. Lalu, kebanyakan dari mereka yang tidak bijak berkomentar juga tidak memahami UU ITE secara mendalam.
āOrang-orang yang tidak bijak dalam berkomentar karena tidak memahami poin-pon yang telah disebutkan sebelumnya,ā jelasnya.
Ia menjelaskan, cara memahami etika dalam media sosial yaitu dengan THINK. T atau true berarti fakta suatu informasi, berita, atau postingan itu benar. H atau helpful berarti postingan, informasi, atau berita yang disebarkan memberikan manfaat. I atau inspiring, berarti postingan yang disebarkan itu menginspirasi.
Lanjutnya, N atau necessary yaitu apakah postingan perlu disampaikan dan disebarkan kepada publik. K atau kind, apakah postingan tersebut berisi hal baik dan dapat menimbulkan komentar-komentar baik.
Oleh karena itu, apabila terdapat postingan di media sosial, sebagai pengguna kita harus mengecek dan memverifikasi kembali konten tersebut. Kemudian, dalam berkomentar apabila tidak memahami konteks dan isinya, jangan sembarangan dalam berkomentar.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kuningan, Jawa Barat, Senin (26/7/2021) juga menghadirkan pembicara, Dino Hamid (Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia),Ā Dee Rahma (Digital Marketing Strategost), Taufik Hidayat (Kepala UPT IT & Dosen Fakultas Teknik Universitas Islam Syekh Yusuf), dan Riri Damayanti.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 ā untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.