Penggunaan bahasa dan melakukan percakapan saat di ruang digital menjadi hal yang harus diperhatikan. Sebab saat berinteraksi hanya melalui pesan, lawan bicara tidak melihat ekspresi, gesture kita sehingga diperlukan kehati-hatian dalam mengetik pesan yang ingin disampaikan.
Penggunaan huruf besar sudah banyak yang paham tidak baik dilakukan karena seperti mengibaratkan kita sedang marah. Pemilihan emoticon pun perlu diperhatikan jangan sampai ketika ada kabar suka yang dikirim ialah emoticon kebahagiaan.
Misalnya, di aplikasi pesan WhatsApp yang dipakai masyarakat Indonesia ada emoticon seperti menangis tapi mulut dia terbuka lebar. Emoticon itu bukan menggambarkan sebuah tangisan namun tertawa hingga berurai air mata. Hal kecil yang dapat berakibat fatal jika kita tidak tahu.
Dudi Rustandi, dosen Telkom University berbicara pada Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (8/7/2021) mengatakan, dalam literasi digital konteks berbahasa menjadi jembatan dalam berkomunikasi.
Komunikasi harus saling interaksi tujuannya untuk silaturahmi, saat memposting sesuatu bukan hanya sekadar memberitakan tetapi sebagai media orang bertanya kabar kita atau keluarga kita. “Kalau ada yang berkomentar, atau bertanya sebisa mungkin kita menjawab. Kemudian bahasa harus benar dijaga terlebih karena sudah masuk ranah etika,” ujarnya.
Berkomunikasi di ruang digital harus disamakan dengan dunia nyata. Dengan siapa lawan bicara, kita harus tahu juga kedudukan kita. Misalnya dengan yang lebih tua, presiden dan siapapun yang harus dihormati meskipun pesan yang disampaikan berupa kritikan atau protes tetap menggunakan kata sopan, seperti panggilan sesuai.
“Dunia digital itu pada dasarnya tidak terpisah dengan dunia kita sendiri. Jangan menganggap lagi bahwa dunia digital yaitu dunia lain atau malah gaib sehingga kita bisa bersembunyi di balik akun dan kita bisa berbuat semuanya tanpa aturan,” tuturnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (8/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Al Akbar Rahmadillah (Founder Sobat Cyber Indonesia), Afif Farhan (Wakil Redaktur Detiksport), Taufik Aulia (Penulis dan Content Creator) dan Shinta Nova sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.