Event MotoGP 2022 menjadi berkah bagi para pemilik homestay. Milhat hal itu PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF sebagai BUMN yang turut menyalurkan pembiayaan homestay di destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) tersebut berkomitmen terus mendukung pengembangan homestay sebagai sarana penunjang pariwisata.
“Pembiayaan homestay dari SMF membidik lokasi di semua destinasi pariwisata baik DPSP, destinasi pariwisata prioritas, maupun destinasi wisata lainnya. Pembiayaan tersebut ditujukan untuk membangun homestay baru ataupun merenovasi. Salah satu DPSP yang telah mendapatkan pembiayaan homestay dari SMF adalah Mandalika di NTB, tepatnya di desa Kuta, Lombok Tengah,” ungkap Trisnadi Yulrisman, Direktur Operasional dan Keuangan SMF Trisnadi Yulrisman pada Seminar Pariwisata Nasional bertema ‘Menjaga Momentum Pemulihan Pariwisata, Mengejar Target 280 Juta Wisnus di 2022”, beberapa waktu lalu.
Lanjutnya, tahun 2019 lalu SMF telah menyalurkan dana sebesar Rp500 juta kepada 7 homestay di desa yang lokasinya tak jauh dari sirkuit Mandalika tersebut. Selain itu, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi (monef), tingkat okupansi homestay di desa Kuta Mandalika pada Januari 2022 sudah full 100%.
Di mana, tamu menginap seluruhnya dari domestik, dengan mayoritas dari pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Bali. Mayoritas tamu merupakan pekerja sirkuit Mandalika.
“Di Kuta Mandalika, di sana tidak ada satupun homestay yang kosong. Penuh sekarang, kalau bukan oleh wisatawan ya oleh pekerja sirkuit,” katanya.
Ia mengatakan, dengan keterisian kamar yang penuh, tentu dampak ekonominya juga terasa bagi pengelola maupun masyarakat sekitar. “Pendapatan pemilik homestay di desa Kuta Mandalika meningkat sejak event World Superbike pada November 2021. Dampak yang sama dirasakan oleh pengelola Sarana Hunian Pariwiasta atau Sarhunta yang didirikan sebanyak 200 unit oleh Kementerian PUPR,” bebernya.
Ia menambahkan, melihat potensi perkembangan homestay di Kuta Mandalika, pihaknya siap memberikan tambahan plafon pembiayaan. Namun, mengingat para pemilik homestay juga baru bangkit dan dalam masa pemulihan dari dampak pandemi, pihaknya masih akan memantau perkembangan yang ada di lapangan.
“Memang dari mereka sendiri melihat pengalaman mereka waktu pandemi ini. Jadi, waktu terima (pembiayaan) dari kami itu, tidak lama kemudian terjadi pandemi sehingga mereka mengalami kesulitan untuk membayar kembali,” tuturnya.
Kendati demikian, SMF terus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pelaku pariwisata dan pengelola homestay di sana.
“Harapannya tidak hanya di desa Kuta, tapi juga desa-desa lainnya di Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, juga ke depan bisa mengikuti program pembiayaan homestay dari SMF,” pungkasnya.