Pengguna internet satu sama lain sudah terkoneksi, hingga bisa saling berkomunikasi. Selain berkomunikasi, kita juga bisa melihat peta, mendengarkan musik online, membaca berita, dan aktivitas digital lainnya.
Dasep Hidayatullah, Instruktur Edukasi4ID menuturkan bahwa seluruh aktivitas kita secara digital itu menyimpan jejak digital. Jejak digital sendiri didefinisikan sebagai jejak data yang dibuat dan ditinggalkan ketika menggunakan perangkat digital. Bentuk-bentuk jejak digital bisa berupa riwayat browser, pesan teks dan aplikasi chat, foto, video, riwayat perjalanan, dan interaksi di media sosial.
Ia menjelaskan bahwa jejak digital ini dibagi menjadi dua. Pertama, jejak digital aktif yaitu data atau informasi yang diunggah secara sengaja oleh seseorang di dunia maya. Contohnya, postingan di blog dan komentar. Kedua, jejak digital pasif merupakan data yang ditinggalkan tanpa sengaja oleh pengguna internet ketika berselancar di dunia maya, seperti alamat IP ketika kita mengakses sebuah situs.
“Jejak digital penting supaya kita berhati-hati dengan apa yang diunggah di internet. Hal-hal tersebut dapat digunakan untuk merugikan kita. Penting bagi kita untuk memahami dampak positif maupun negatif dari tindakan kita di dunia maya,” tutur Dasep dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat, Senin (25/10/2021).
Bahkan, di era digitalisasi ini rekam jejak digital digunakan sebagai parameter bagi perusahaan dalam menilai sikap dan perilaku calon karyawannya hanya melalui postingan di media sosial. Ketika kita cari nama kita di internet, hasilnya yang muncul itulah yang dikatakan sebagai jejak digital. Dasep mengatakan, jejak digital kita layaknya dua mata pisau yang memiliki dampak positif dan negatif.
Dampak negatifnya, jejak digital kita akan berdampak pada penyalahgunaan, seperti menerbitkan atau berbagi informasi yang merusak reputasi. Namun, pemanfaatan jejak digital pun bisa kita rasakan dengan baik selama apa yang kita lakukan positif. Menurutnya, kita bisa merancang jejak digital yang baik dengan meninggalkan catatan berupa karya serta prestasi pada platform digital.
“Kita ingin dilihat dan dikenal sebagai apa di media sosial bisa dilihat dari jejak digital. Perlakukanlah orang lain di dunia digital seperti kita ingin diperlakukan,” ujarnya.
Bentuklah jejak digital dengan sebaik mungkin. Bangun personal branding yang positif karena jejak digital negatif akan sulit dihapus secara utuh.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Depok, Jawa Barat, Senin (25/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Sugiarti (Instruktur Edukasi4ID), Ahmad Sujai (Wakabid Sarpras SMP Negeri 14 Depok), Loury Mogot (Consultant at Power Character), dan Ryan Samuel (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.