Perubahan ke arah transformasi digital membuat setiap orang harus beradaptasi. Kini setidaknya ada 202,6 juta masyarakat yang memanfaatkan internet di Indonesia. Aktivitas online pun semakin umum bagi setiap orang apalagi sejak pandemi, yakni digunakan untuk bekerja, belajar, belanja, hingga mencari hiburan.
Dengan segala perubahan tersebut, digital skills akhirnya menjadi kemampuan yang harus dimiliki setiap orang. Termasuk para pemilik bisnis perubahan yang harus mampu beradaptasi dengan digitalisasi, karena bila tidak kemungkinan bisnis maupun individunya tidak bisa bertahan.
“Jika menolak untuk beradaptasi, maka akan muncul banyak kerugian karena kompetitor yang menyesuaikan dengan keadaan akan lebih maju,” ujar Sandy Natalia, Co-Founder of Beauty Cabin saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat I, pada Rabu (29/9/2021).
Menolak beradaptasi berarti juga menyusahkan diri sendiri karena banyak permasalahan di pelanggan yang tidak bisa diselesaikan. Seperti saat pandemi, tentu kini ada pembatasan, sehingga jika tidak mengadaptasi sistem online akan kesulitan. Sementara teknologi memang hadir untuk memudahkan manusia dalam segala aktivitasnya.
Adapun digital skills yang harus dikembangkan antara lain komunikasi media sosial, mengoptimalkan perangkat digital, analisa data, digital marketing, dan membuat visualisasi konten menjadi lebih menarik. Hal tersebut pun yang membuat usaha Sandy di bidang kecantikan bisa tetap berjalan.
Dengan kondisi pandemi, bisnisnya bahkan tetap bisa berkembang karena dia memanfaatkan digital skills dengan menawarkan solusi untuk pelanggan yang ingin tetap melakukan perawatan. Sistem yang dia jalankan pun kemudian mengikuti perkembangan yaitu online yang otomatis.
Selain itu, untuk mempermudah pelanggan mengakses perawatan kecantikan selama pandemi pihaknya menawarkan jasa home service, di mana terapis datang ke rumah.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Pipit Djatma, Fundraiser Consultant & Psychososial Actvist IBU Foundation, dan Irma Nawangwulan, Lecture IULI, dan Mardiana R.L, Vice Principal in Kinderhouse Pre-School.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.