hitcounter
Friday , April 19 2024

Menerapkan Etika Berbahasa di Ruang Digital

Kis Uriel seorang Self Development Coach menjelaskan ruang digital sebagai perwakilan dunia nyata dan ruang berkomunikasi secara virtual. Menurutnya, dunia digital juga menggambarkan seseorang di dunia nyata.

“Banyak orang yang menganggap kedua ruangan ini berbeda. Masih banyak yang berpikir di internet bebas untuk melakukan apapun meski itu hal negatif,” ujar Kis saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (25/8/2021) siang.

Di ruang digital, alat ukur utama yang menjadi penilaian seseorang terhadap kita ialah melalui bahasa karena di ruang ini kita tidak selalu berbicara melalui lisan. Berbahasa yang baik dan benar membuka kesempatan yang lebih luas, seperti bisa diterima di kelompok manapun.

Ia juga mengibaratkan ruang digital sebagai jalan raya, etika digital adalah cara bersikap kita dalam menggunakannya bersama-sama. Melalui etika digital, konten di media sosial yang kita posting adalah perwakilan kita. Perlu diingat juga, dalam media sosial kita tetap berkomunikasi dengan manusia, bukan benda mati. Jika kita berkata kasar di media sosial, tidak menutup kemungkinan mereka merasakan sakit hati karena ucapan kita di media sosial.

Berbahasa yang sopan dan santun sebagai alat tukar sekaligus faktor pembeda di ruang digital. Berbahasa yang baik dan benar adalah ketika kita tidak yakin apa yang ditulis, kita memiiki kebiasaan untuk memverifikasi kebenaran kalimat / kata / ejaan di internet.

Ia menyampaikan, berbahasa yang baik dan benar dapat memperluas juga kosakata dari bahasa yang sering kita gunakan. Selain itu, dengan menerapkan etika berbahasa berpotensi untuk meminimalisasi penyingkatan kata secara tulisan. Untuk itu, kita bisa mengunduh aplikasi KBBI untuk memveriifikasi kosakata yang benar.

“Bahasa yang baik tidak selalu formal. Bahasa yang baik bisa memberikan kesan berbeda yang positif sekaligus menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang,” jelasnya.

Selain itu, ia menyampaikan bahwa menerapkan etika berbahasa dapat mencerminkan pribadi yang beradab dan terpelajar. Dengan demikian, hal lainnya dapat mempermudah komunikasi antar suku, ras, dan daerah. Kis mengatakan, di ranah nyata maupun digital, seseorang yang berbahasa dengan baik akan selalu memiliki nilai lebih.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (25/8/2021) siang, juga menghadirkan pembicara Laura Jane (Psikolog Klinis Dewasa, Mawa Bagja (Manager Harian Umum Fajar Cirebon), Aried Saefullah (Relawan TIK Indonesia), dan Deya Oktarissa sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

Resmi Rilis di Indonesia, Bose Ultra Open Earbuds Dibanderol 4 Jutaan

Jakarta, Vakansi – Earbuds revolusioner yang ditunggu-tunggu para penikmat audio, Bose Ultra Open Earbuds, hari …

Leave a Reply