hitcounter
Saturday , February 15 2025

Membudayakan Sikap Toleransi di Ruang Digital

Interaksi di ruang digital memiliki sifat tiada batas, tak kenal usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan membuat segala sesuatunya tampak tak lagi terbatasi. Lewat internet kini segala informasi bisa terhubung dan mudah diakses, pertukaran informasi terjadi secara cepat sehingga tentunya setiap pengguna mesti kritis dan mewaspadai adanya ancaman keamanan digital.

“Di ruang digital ini kita bertemu banyak pengguna lain dari luar Indonesia. Sehingga terjadilah pertemuan budaya, jadi kita bisa melihat budaya lain dan meningkatkan toleransi kita terhadap perbedaan,” ujar Dessy Natalia, Assistant Lecture & Industrial Placement Staff UBM saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat I, pada Rabu (27/10/2021).

Masyarakat di ruang digital harus memahami adanya keberagaman, sehingga muncul sikap bertoleransi serta tidak menjadikan perbedaan itu batasan tapi justru menjadi pelengkap. Namun tentunya sebagai orang Indonesia jangan sampai akhirnya lebih cenderung belajar budaya asing dibanding kebudayaan negeri sendiri. Sebab budaya sebagai cara hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi perlu diteruskan kepada generasi selanjutnya.

“Kalau tidak, maka generasi selanjutnya akan kehilangan identitasnya sehingga menjadi penting untuk mengenal budaya sendiri,” katanya lagi.

Apalagi Indonesia diketahui merupakan negara majemuk, multikultural dan menganut sistem negara demokrasi. Memiliki jumlah penduduk 268 juta jiwa, 1331 suku bangsa, 716 bahasa daerah, 6 agama dan 245 kepercayaan. Dari segi jumlab bahasa, Indonesia merupakan nomor 2 negara yang mempunyai bahasa terbanyak setelah Papua Nugini. Keanekaragaman ini bisa dilihat dari berbagai warisan adat istiadat, berupa tarian, pakaian, alat musik, senjata, hingga makanan khas daerah yang menjadi daya tarik untuk wisatawan datang, termasuk wisata alamnya yang juga indah dan beragam.

Di samping kekayaan budaya, Indonesia juga memiliki nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang di ruang digital jika diaplikasikan tentunya akan menjadi cinta kasih, menghargai agama dan hak beribadah orang lain. Kesetaraan, keharmonisan yang mengutamakan persatuan di atas kepentingan pribadi, kebebasan yang demokratis dalam hal berekspresi namun tetap menghargai orang lain di ruang digital dengan perbedaan pendapatnya, serta Indonesia juga terkenal akan budaya gotong royongnya.

Apabila pemahaman atas nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika rendah, masyarakat akan mudah percaya hoaks, mudah terjadinya perpecahan, dan mudah termakan isu terorisme dan radikalisme. Sebagai warg digital yang bertanggung jawab dan memiliki nilai-nilai budi pekerti dan budaya Indonesia, pengguna hendaknya tidak memproduksi konten atau indormasi yang tidak benar. Mengetahui untuk memproduksi konten-konten positif, serta berpartisipasi dan kolaborasi dalam aktivitas atau komunitas digital positif.

Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat I merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Pringgo Aryo, seorang Komposer Musik, Cyntia Jasmine, Founder GIFU, Asep H Nugroho, Dosen Fakultas Teknik UNIS, dan Made Nandhika, Abang None Jakarta Selatan 2019.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

Keychron Indonesia Hadirkan Inovasi Periferal Terbaru dengan Fitur Hall Effect dan Kompatibilitas Lintas Platform

Jakarta, Vakansi – Keychron Indonesia, pemimpin dalam industri perangkat periferal, terus memperkenalkan inovasi terbaru untuk …

Leave a Reply