Dunia digital memberikan nilai baru dengan banyak perubahan, apalagi dengan penetrasi pengguna internet di seluruh dunia yang sudah mencapai 4,66 miliar yang berarti lebih dari setengah populasi global. Dengan kehadiran dan pertumbuhan internet ini, menjadi bentuk komunikasi massa. Budaya digital kemudian muncul karena dibentuk penggunaan teknologi digital secara masif.
Muncul berbagai faktor negatif dan positif dari digitalisasi, namun jika setiap orang dapat menemukan nilai, segmen, dan posisi di dunia digital maka individu tersebut akan mendapatkan manfaat dari internet. Adapun budaya yang sehat memberikan pedoman atau nilai perilaku tidak tertulis yang mengarahkan individu untuk bertindak secara tepat dan membuat pilihan yang benar.
“Buatlah pilihan-pilihan secara sadar, apa yang Anda klik apa yang Anda share. Lindungi data pribadi Anda sebab di dunia digital siapa saja bisa jadi siapa pun,” kata Iman Darmawan seorang Fasilitator Public Speaking saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat I, pada Senin (27/9/2021).
Mengenai etika digital ada beberapa hukum dan norma yang harus dipelajari dan disadari, sebab ada konsekuensinya tindakan dan keberadaan individu di ruang digital. Bahasa sendiri sebenarnya satu kesatuan dengan membaca dan berbicara, sebab itu mengenai tanda baca pahami angka, huruf, dan simbol.
Membudayakan etika berdigital juga termasuk saat membuat konten, dari segi audio visual karena sekarang pendistribusiannya sudah tidak terbatas wilayah dan batas negara. Orang dari luar negeri kini bisa menonton content dari penjuru dunia lain, sebabnya jejak digital memiliki pengaruh. Bisa jadi dengan konten dan jejak digital positif, pihak pencari bakat maupun recruiter tertarik untuk melakukan kerja sama yang tentunya mendatangkan peluang dan jenjang karier.
Dia pun mengatakan, ada banyak kasus dipecat dari tempat bekerja yang dialami para pekerja karena rekam jejak digital terkait isu SARA, ujaran kebencian, dan perilaku tidak pantas di media sosial. Setiap orang hendaknya berhati-hati saat mengunggah atau mengomentari sesuatu. Sebab rekam jejak digital saat ini sangat mudah ditelusuri. Menurut Iman, bahkan sampai BI cheking dan menjadi tren saat orang ingin berbisnis maupun bekerja sama agar kedepannya tidak ada masalah.
Webinar Literasi Digital wilayah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Di webinar kali ini, hadir pula nara sumber Maria Natasya, seorang Graphic Designer, Daniel Hermansyah, CEO of Kopi Chuseyo dan Ardie Halim, Kaprodi Manajemen Informatika Universitas Buddhi Dharma.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.