hitcounter
Saturday , May 24 2025

Memahami Toleransi Keberagaman di Dunia Digital, Bisa Melawan Ujaran Kebencian

Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbesar di dunia, dengan jumlah pengguna 202,6 juta. Dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin berkembang, diperlukan pemahaman etika berinternet di dunia maya.

“Apalagi dengan keberagaman yang ada di Indonesia, segala macam informasi yang bertebaran di internet pun bisa memberi dampak negatif, jika individunya tidak bisa memfilter dan memahami nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang multikultural,” kata Pipit Djatma, Fundraiser Consultant & Psychososial Actvist IBU Foundation saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat I, pada Jum’at (1/10/2021).

Internet dan media sosial bisa dijadikan alat untuk melakukan tindakan kejahatan, penipuan, terorisme, eksploitasi anak online sampai penyebaran ujaran kebencian yang berpotensi SARA. Lebih jauh dia mengungkapkan motif orang melakukan ujaran kebencian, yaitu karena faktor di dalam diri seperti tidak bisa menanggapi dengan baik perbedaan pendapat. Kemudian saat tidak menyukai sesuatu dan ditunjukan di media sosial, serta pengungkapan emosi yang tak terkontrol. Sementara faktor dari luar diri biasanya terpengaruh dari lingkungan pertemanan dan komunitas.

Masyarakat perlu memahami tentang konsep negara Indonesia yang multikultural dengan keragamannya dari suku bangsa serta agama. Ruang digital dan media sosial dengan 202,6 juta pengguna di Indonesia membutuhkan sikap toleransi serta menghargai perbedaan. Karena mekipun tak terbatas, penggunanya tetap memikiki etika berinternet dan di Indonesia hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat I merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Reza Hidayat, CEO Oreima Films, Diki Suherman, seorang Akademisi dan Rino, Kaprodi Teknik Informatika Universitas Buddhi Dharma.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

in-Lite Tampil Perdana di ARCH:ID 2025, Tampilkan Pencahayaan Arsitektural Masa Depan

Jakarta, Vakansi – Untuk pertama kalinya, merek pencahayaan lokal in-Lite LED hadir di ajang ARCH:ID 2025, …

Leave a Reply