Jejak digital merupakan keseluruhan data digital yang membentuk jejak yang tersimpan dalam perangkat atau online. Jejak digital bisa mengakibatkan hal positif juga negatif di masa depan, bergantung dengan bagaimana kita bersikap di dunia digital. Adanya jejak digital turut mewaspadai kita untuk tidak membagikan informasi pribadi seperti KTP, Kartu keluarga, dan lainnya karena berbahaya.
“Unggahlah hal positif jangan hanya demi konten kita bangga untuk memposting hal buruk seperti cyberbullying dan ujaran kebencian,” tutur Ira Pelitawati anggota Relawan TIK dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat, Jumat (03/12/2021).
Ira menjelaskan, potensi negatif dari jejak digital di antaranya phishing, pencurian data, doxing, dan stalking. Sasaran utamanya berupa data pribadi, data akun, hingga data finansial kita. Untuk merawat jejak digital, yang bisa dilakukan ialah dengan tidak posting identitas diri sembarangan, mengatur privasi dan keamanan di media sosial. Kemudian, atur privasi dan keamanan pada email, dan gunakan akun berbeda untuk berbagai keperluan.
“Aktifkan autentifikasi dua faktor dan verifikasi dua langkah. Supaya kalau ada yang memakai akun kita bisa lebih cepat dilakukan pengamanan,” unglapnya.
Perhatikan juga setiap akses aplikasi yang kita unduh. Periksa email kita apakah datanya pernah bocor melalui situs monitor.firefox.com. Ganti password secara berkala dan jangan biarkan tercecer. Buatlah password yang kuat melalui kombinasi angka, huruf, dan simbol dengan minimal 8 karakter.
Waspadai nomor tidak dikenal yang menghubungi kita baik lewat telepon atau SMS, hindari mengklik link sembarangan terlebih dari orang tidak terkenal. Jangan juga sembarangan mengunduh aplikasi dari situs tidak resmi, serta tidak menyimpan nomor kartu kredit atau debit di akun marketplace.
Kita harus sadar tidak bisa aman 100 persen di dunia digital. Sesuatu yang sudah tersebar di internet akan menjadi milik semua orang. Data diri kita bisa menjadi pintu gerbang penipuan era digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat, Jumat (03/12/2021) juga menghadirkan pembicara, Rizki Hawadi (CEO & Co-Founder Attention Indonesia), Indra Ilham Riadi (Group Commercial Asistant Manager Digital Marketing), Agung Apriyanto (Guru SMKN 1 Cimahi), dan Clarissa Darwin sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.