Untuk mewujudkan masyarakat indonesia yang paham akan literasi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat NTB Senin 5 Juli 2021.
Hadir dalam Webinar yang dipandu Jhoni Chandra ini sejumlah pembicara yaitu Sofia Sari Dewi, Designer dan Penggiat Medsos, Bernadus Dian Adi, Digital Account, Kairul Imtihan, S.Kom, M.Kom Ketua STMIK Lombok, Yosi Eka Kurniawati, S.Pt, Pelaku UMKM dan Pemilik Ombak Food dan Tisa Caca sebagai Key Opinion Leader.
Dalam literasi digital ini dibicarakan juga pentingnya dunia digital untuk mempromosikan budaya Indonesia termasuk didalamnya keberagaman kuliner yang ada.
Menurut Bernardus Dian Adi, Budaya Indonesia yang begitu beraman akan lebih dikembangkan dan dipromosikan lagi seiring dengan kemajuan dunia digital.
“Contohnya yang saya sudah jalani adalah mengeksplorasi tentang dunia kuliner Indonesia yang begitu banyak ragamnya. Memperkaraya konten positif Budaya Indonesia terutama kuliner,” jelas Bernardus Adi.
Dijelaskannya juga untuk membangun sebuah konten kuliner di dunia digital, kita harus meningkatkan skill bercerita dilengkapi dengan narasi sejarah dan pernak Pernik lainnya lengkap dengan foto ataupun video kuliner tersebut.
“Bisa juga dengan mengetahui sejarah yang melatarbelakangi kuliner dan budaya setempat misalnya bebalung makanan khas Lombok. Bisa diceritakan latar belakang masakan, sejarah serta cara membuahnya,” saran pria yang membuat web tukangmakan.com ini.
Lebih dalam lagi, ia mengatakan unggahan konten kuliner tersebut haruslah memiliki konsistensi jika ingin cepat dikenal. Konsistensi ini bisa tiap hari atau rutin seminggu sekali sehingga skill literasi digital akan meningkat secara otomatis.
“Juga biasakan diri untuk mengecek evaluasi konten dan respon pembaca. Kemapuan literasi digital akan meningkat jika orang itu terbiasa mengolah konten selama 6 bulan. Tiap minggu sekali ada skill digital yang meningkat”
Sementara itu soal memperbanyak konten positif ketimbang yang negative untuk diunggah di dunia digital juga dibahas oleh Khairul Imtihan. Menurutnya dalam dunia digital wajib dipakai untuk meminimalisir konten negatif serta dampak buruk adalah etika berjejaring.
“Di dunia nyata etika dimulai dari lingkungan terkecil keluarga kemudia teman, tetangga dan lingkungan sekitar hingga lebih luas lagi. Di dunia nyata wajib ada etikanya semisal mengetuk pintu sebelum masuk rumah orang atau mengucap salam saat bertemu. Dan di dunia maya pun etika ini juga harus diterapkan,” jelas Khairul.
Lebih lanjut dikatakannya, di dunia digital kita terhubung dengan dunia dalam hitungan detik dan tidak ada yang membatasi kita karena tanpa sekat. Dan yang membatasinya hanya jaringan atau kuota.
“Media sosial sudah menjadi gaya hidup, bila digunakan dengan bijak maka akan jadi ladang menambah ilmu dan wawasan,” imbuhnya.
Dipaparkannya juga bahwa ada banyak hal dalam menerapkan etika bermedia sosial. Diantaranya adalah jangan berkata kasar, tak menyinggung soal SARA, tak mengunggah konten porno, jangan bohong, tak melanggar hak cipta orang lain serta berkomentar yang baik di media sosial.
Bahkan dalam tutunan Agama Islam pun diarahkan untuk mengisi kehidupan dengan hal-hal positif. Dikatakannya dalam bermualaf di media sosial, haruslah meningkatkan keimanan dan ketakwaan, tak mendorong untuk kufur maksiat, mempererat persaudaraan, memperkokoh kerukunan antar umat beragama, dan antar umat beragama dengan pemerintah.
“Medsos tak mengenal tirai dan bisa mengakibatkan banyak perdebatan. Karenanya ingat selalu bahwa setiap kata yang kita tuliskan adalah cerminan dari apa yang kita pikirkan.”
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.