Kebudayaan itu biasanya mucul sebagai salah satu cara seseorang dapat bertahan hidup. Budaya ini biasanya, bersifat dinamis yakni menyesuaikan dengan lingkungan dan perubahan, menerima dan menolak unsur budaya baru, warisan turun temurun dan berkelanjutan.
“Promosi atau memperkenalkan budaya ke pihak luar, banyak orang berpikir membutuhkan biaya yang besar. Kemudian harus ada pertukaran budaya ke negara lain atau mengirimkan wakil ke negara lain, melalui iklan dan sebagainya,” ujar Fizzy Andriani, Dosen FIKOM Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama), dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (2/8/2021).
Ia menerangkan, di masa sekarang ini platform media sosial memiliki peranan untuk memperkenalkan budaya. Platform media sosial ini memiliki kemampuan yang sangat signifikan bagi persepsi dan emosi seseorang, terutama wisatawan selama melakukan perjalanan wisata. Tanpa disadari juga, postingan dari wisatawan terkait suatu tempat atau budaya sama dengan mempromosikan budaya tersebut.
Dalam memposting sebuah budaya, kita juga harus mengenai budaya tersebut. Jadi, kita memiliki kedekatan terlebih dahulu dengan memahami, mengenali, dan berusaha untuk mencari tahu lebih dalam terkait budaya tersebut itu akan memudahkan kita dalam menjelaskan budaya tersebit di postingan media sosial. Kita juga bisa menambahkan hastag untuk mempermudah pencarian serupa terkait kebudayaan tersebut.
“Ketika jalan ke suatu tempat, pasti kita sering juga menemukan budaya-budaya tertentu. Budaya khas dan khusus dari suatu tempat. Bahkan, makan sate padang juga termasuk budaya. Karena, budaya itu juga ada di sekitar kita yang kita temukan. Cara berbicara dan bahasa juga bisa menjadi budaya yang kita kenalkan di media sosial,” jelas Fizzy.
Pengenalan budaya Indonesia di luar negeri dengan memanfaatkan teknologi banyak dilakukan di Youtube. Misalnya, pada channel milik Jerome Polin yang mengenalkan budaya Indonesia kepada teman-temannya di Jepang.
Menjadikan suatu budaya sebagai bagian dari identitas diri kita juga dapat membantu dan mempermudah dalam mengenalkan budaya tersebut. Misalnya, cara kita memilih bahasa, foto yang menarik, atau tagar yang diguanakan sebagai budaya yang menjadi identitas kita. Dengan itu, orang dapat menilai kebudayaan dari postingan kita terlebih dahulu. Fizzy menambahkan, bahasa yang baik dan sopan merupakan pintu awal bagi pihak luar dalam menilai budaya dan masyarakat kita. Karena itu, dalam memperkenalkan budaya kita harus menggunakan bahasa yang baik dan sopan sebagai representasi dan gambaran awal dari negara Indonesia.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (2/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Henry V. Herlambang (CMO Kadobox), Vivi Andriyani (Marcomm & Promotion Specialist), Jakarta), Diena Haryana (Pendiri SEJIWA), dan Bianca Utaya.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.