HootSuit dan We Are Social menyebutkan jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini sudah mencapai 202,6 juta orang atau mencapai 73,7% dari total jumlah penduduk yaitu 274,9 juta pada tahun 2021. Proporsi kepemilikan perangkat pengakses internet di kalangan pengguna di Indonesia tahun 2021 pada rentang usia 16-64 tahun pun mencapai 98,3%.
“Apabila perangkat ini digunakan dengan baik, maka segala macam informasi bisa diperoleh,” kata Willy Bachtiar, Dosen dan Humas Sekolah Vokasi IPB saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat I, pada Senin (11/10/2021).
Lewat internet, setiap orang pun bisa mendapatkan berbagai pengetahuan dan belajar dari internet tanpa harus mengikuti kelas formal. Meskipun ada hal-hal negatif di internet, namun bila setiap individu sadar maka akan bisa mengambil manfaat positifnya lebih banyak. Untuk menyeimbangkan perkembangan transformasi digital, kompetensi setiap orang untuk memahami digitalisasi dari segala sisi sangat dibutuhkan termasuk dalam hal etika di dunia digital.
Namun etika warga digital Indonesia masih harus perlu perbaikan, apalagi setelah adanya survei Microsoft mengenai Digital Civility Indeks (DCI) yang dipublikasikan pada awal 2021 lalu menyebut netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Menurutnya, perilaku berselancar di dunia maya dan aplikasi media sosial yang tidak sesuai etika akan menyebabkan masalah keberadaban dunia maya. Di antaranya penyebarluasan hoaks, ujaran kebencian, cyberbullying, penipuan, pornografi, dan tindakan sengaja memancing kemarahan.
Menurut Willy, rendahnya etika bermedia sosial netizen Indonesia antara lain ditenggarai penetrasi internet yang sangat tinggi, pola komunikasi, menggunakan media sosial untuk menyampaikan sikap, kondisi sosial ekonomi, respons rasa frustasi, pola media sosial, dan tentunya karena rendahnya literasi digital. Karena itu perlu ada proses mempercepat adaptasi orangtua sebagai generasi imigran native supaya sejalan dengan anak sebagai generasi digital native yang telah akrab dengan teknologi sejak lahir. Literasi digital menurut dia juga membuat masyarakat berpikir kritis menerima informasi.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kota Depok, Jawa Barat I merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Lendy Yustena, Senior Partner Bareska Prioritas Indonesia, Maria Natasya, seorang Graphic Designer, Sophie Beatrix,seorang Psikolog Klinis, dan Louiss Regi, seorang Content Creator.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.