hitcounter
Saturday , April 20 2024

Masyarakat Digital Wajib Menghindari Hoaks dan Cyberbullying

Seberapa sering setiap harinya kita menerima informasi bohong atau hoaks? Hoaks sudah masuk dalam semua topik informasi di Indonesia, mulai kesehatan politik, kriminalitas, SARA, bencana hingga keuangan. Terlebih saat pandemi sekarang yang banyak adalah hoax kesehatan.

Nina Ulfah Gaffar, Relawan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) bercerita dirinya pernah mengalami kerugian dari hoaks bencana secara global saat terjadi tsunami di Fukushima, Jepang. Beredar hoaks ada aboratorium yang diterjang tsunami sehingga menyebabkan bocornya radioaktif.

“Saya sebagai pelaku bisnis wisata mengalami kerugian dengan hampir 30 persen wisatawan dari Eropa batal kepergian ke Indonesia. Padahal kenyataannya jarak antara Indonesia dan Jepang saja itu sudah sangat jauh. Mengapa masih banyak saja yang percaya bahwa radioaktif itu sampai ke Indonesia. Wisatawan Eropa langsung takut datang ke Asia termasuk Indonesia,” kenangan yang diceritakan saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (21/7/2021).

Hoaks itu memang akan selalu membangkitkan emosi menebar ketakutan seperti tadi hoaks soal radioaktif. Dipastikan semua akan ketakutan mendengar itu dan berasal juga pasti dari sumber yang tidak jelas. Meminta untuk disebarluaskan juga menjadi ciri hoaks terutama jika berhubungan dengn bencana alam.

Topik lain seperti politik dan SARA akan mengakibatkan informasi akan memihak dan juga memanfaatkan nama tokoh besar memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi, agama, suku, memanipulasi data atau foto juga menggambarkan data untuk mempengaruhi.

“Jika sudah begitu hampir dipastikan informasi itu adalah hoaks,” kata Nina yang juga seorang Culture Heritage Specialist.

Hoaks memang menjadi salah satu tantangan di dunia digital membuat kita yang berada di dalamnya tidak nyaman. Selain hoaks juga ada cyberbullying. Keduanya ini nyatanya berkaitan erat yang tentu sangat merugikan.

Sering terjadi perundungan di online sebuah akun media sosial diserang oleh para netizen padahal sesungguhnya para netizen itu salah sasaran karena mereka percaya akan informasi hoaks, seperti kasus marbot masjid yang fotonya dicatat sebagai laskar FPI korban insiden Cikampek akhirnya mengalami perundungan. Ada juga seorang guru honorer yang karena namanya sama dengan pelaku penganiayaan sehingga dia di-bully netizen.

“Padahal perundungan itu sangat bahaya untuk mental seseorang. Mereka akan menarik diri dari lingkungan kesehatan yang terganggu perasaan dikucilkan sehingga depresi dan rasa ingin bunuh diri,” jelasnya.

Maka itu sebagai warga digital yang baik dan demi suasana kenyamanan di ruang digital itu sendiri. Masyarakat digital harus wajib menghindari hoaks dan cyberbullying dengan cara menghormati hak asasi manusia lain yang ada di ruang digital. Semua orang memiliki hak untuk berekspresi bukan hanya kita tetapi setiap orang juga harus menghormati pendapat orang lain

“Tidak semua orang memiliki pendapat yang sama sehingga lebih baik saling menghormati. Jika memang ada perbedaan terhadap apa yang diterima di media sosial kita bisa memoderasi kolom komentar akun kita dengan mengubah setting-nya. Agar tidak banyak komentar buruk atau apapun di media sosial kita,” jelas Nina.

Setiap netizen harus bertanggung jawab atas semua postingan mereka siap menerima apapun komentar dukungan maupun kritik. Jangan lupa untuk selalu tabayun atas semua informasi yang kita terima.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (21/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Arnida (Mafindo), Muhajir Sulthonul Aziz (RTIK Surabaya), Aris S. Ripandi (RTIK Indonesia) dan Sari Hutagalung sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

Resmi Rilis di Indonesia, Bose Ultra Open Earbuds Dibanderol 4 Jutaan

Jakarta, Vakansi – Earbuds revolusioner yang ditunggu-tunggu para penikmat audio, Bose Ultra Open Earbuds, hari …

Leave a Reply