Pengguna Internet di Indonesia kini telah mencapai 202,6 juta dari total penduduk. Dari jumlah tersebut, sebanyak 170 juta jiwa atau sebanyak 61,8 persen sudah aktif di media sosial. Jumlah tersebut membuat internet menjadi begitu potensial memberi peluang dan nilai ekonomi bagi masyarakat.
Di samping itu telah terjadi pergeseran pola pikir, perilaku dan tindakan masyarakat dalam akses ruang digital. Peluang pun semakin luas di era digital karena tidak ada batasan di ruang digital untuk berkreasi dan berinovasi.
“Digitalisasi telah memberikan banyak kemudahan dan menciptakan efisiensi bagi individu maupun pelaku UMKM untuk terus melebarkan jangkauannya. Berbagai program akselerasi transformasi digital pun memudahkan masyarakat untuk meningkatkan produktifitas,” ujar Loka Hendra, Head of Food & Beverage Cinepolis Indonesia saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat I, pada Selasa (21/9/2021).
Akan tetapi, meski 60 persen lebih penduduk Indonesia telah terkoneksi dengan internet dan bisa disebut melek digital, belum semua mampu berperilaku positif dengan budaya kreatif dalam menggunakan ruang digital. Berdasarkan survei mengenai Digital Civility Index (DCI) yang dipublikasikan Microsoft pada Februari 2021 lalu, netizen Indonesia mendapat predikat sebagai yang paling tidak sopan se-ASEAN.
Padahal menurutnya, ada banyak cara untuk menciptakan budaya kreatif dan produktif di ruang digital, dibandingkan dengan menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, dan menyinggung isu SARA. Misalnya dengan mendukung dan mengapresiasi ide kreatif supaya semakin out of the box dalam berkreasi.
Digitalisasi bahkan bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan kreatifitas generasi muda dalam memperkenalkan budaya Indonesia. Seperti juga dengan berpartisipasi dalam aktifitas atau kompetisi yang diselenggarakan untuk mendorong budaya kreatif dan inovatif. Semua itu bisa dimulai serta ditanamkan dalam pemikiran dan narasi positif dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Pringgo Aryo, Producer dan Komposer Musik, Hellen Citra Dewi, seorang Psikolog dan Trainer di SEJIWA, dan Lasty Nine, Guru SMP Negeri 2 Tanjungsari.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.