Mengapa harus jualan di internet? Menurut Eid & Trueman dalam bukunya ‘Efek Internet pada Pemasaran’ dilihat dari produk akan lebih cepat untuk penemuan kebutuhan pelanggan zaman sekarang. Kita dapat memenuhi membutuhkan apa pun dengan cepat tanpa harus ke mana-mana. Dari segi harga meningkatkan kompetisi harga.
Sementara dari sisi promosi dapat berkomunikasi interaktif dengan pelanggan. Dan dari segi tempat sangat mampu untuk mengambil pesanan dan memberikan informasi di dimanapun. Pesanan kita akan sampai di daerah kecil manapun.
Rinda Cahyana, dosen Sekolah Tinggi Teknologi Garut modal berbisnis online potensi diri, silaturahmi, kepercayaan dan disiplin. Pelayanan kepada pelanggan juga harus selalu prima sebab di media online mudah sekali untuk pindah ke toko lain.
“Untuk bisa bersaing dengan toko online lain kita juga harus memberikan nilai lebih pada toko kita yakni dengan membuat pelanggan merasa dihargai oleh kita. Berikan layanan ekstra untuk pelanggan tangani kompalin agar terus menjaga nama baik,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (19/7/2021) siang.
Jika sudah memiliki pelanggan setia, coba tanyakan mengapa mereka selalu membeli di tempat kita. Ini sebagai acuan untuk mempertahankan pencapaian. Media sosial yang paling populer untuk jualan adalah Facebook disusul YouTube, WhatsApp, Facebook messenger dan Instagram.
Facebook memang cocok untuk para penjual online karena mereka memiliki halaman. Jika kita memiliki halaman lalu dijadikan toko. Kita dapat melihat produk kita nilainya seperti apa, jangkauan lokasi peminat produk kita berdasarkan usia dan jenis kelamin dan lainnya yang bisa kita lihat. Ini bisa dijadikan acuan menentukan bagaimana kita mengembangkan layanan.
Randi memberikan tips untuk jualan di halaman Facebook mengikuti pelatihan dari Facebook untuk mendampingi para UMKM. Memaksimalkan 30 hari pertama, miliki halaman di Facebook, bikin dulu halaman lalu targetkan kita harus mendapatkan dapatkan 100 like untuk melihat page inside.
“Caranya dengan kita masuk ke grup-grup di Facebook yang relevan untuk berhubungan dengan pelanggan, agar kita tahu juga apa yang diinginkan lalu mulai berkreasi dengan konten yang menarik agar target like terpenuhi,” jelasnya.
Setelah 60 hari kirim konten menarik dan menyelipkan produk yang kita jual. Kemudian 90 hari berikutnya bangun kampanye iklan yang menyentuh tujuannya memasarkan kesadaran pertimbangan dalam konversi. Pelajari selengkapnya tentang segmen pelanggan dan bangun custom audience atau look like audience atau pemilik, pelajari access reporting untuk mengukur keberhasilan kampanye iklan.
Selain Facebook, Instagram juga memiliki cara yang hampir sama untuk berjualan. Instagram mengambil pelanggan dari kalangan anak muda sedangkan Facebook untuk orang-orang yang sudah berusia dan digital imigran.
Di Instagram juga dapat membuat profil bisnis, buat konten foto atau video yang menarik yang sesuai dengan merek dan produk. Ikuti dan berinteraksi dengan saling instagrammer lain yang relevan dan lebih banyak follower-nya.
Jangan lupa untuk hidupkan cerita bisnis dengan Instagram Story. Buat Story sangat menarik secara visual dengan menambahkan teks berwarna, emoji dan stiker ke foto dan video di cerita. Instagram juga memiliki fitur baru yakni Reels yang juga dapat dimanfaatkan. Video pendek dengan alunan musik yang sesuai.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (PLPG) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (19/7/2021) siang juga menghadirkan pembicara Ariyo Zidni (pendongeng), Ahmad Rofahan (RTIK Cirebon), Sri Astuty (Japelidi), dan Dea Ken Wardani sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.