Data digital Indonesia menunjukan dari jumlah 275 juta penduduk, terdapat 345 juta perangkat gadget. Dengan 202,6 juta pengguna internet, sebanyak 170 juta atau 96.3% penduduknya telah menggunakan media sosial.
“Selama pandemi akhirnya banyak masyarakat kita bekerja di rumah, lalu sekolah akhirnya online. Itu dia yang menjadi fenomena saat ini di negara kita dan hampir seluruh dunia,” kata Atib Taufik, Ketua MGMP Kota Depok saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat I, pada Senin (8/11/2021).
Internet ibarat pisau bermata dua, ada manfaat positif dalam hal memudahkan mencari informasi dan menambah wawasan, namun terdapat ancaman serius yang mengarah pada tindak kejahatan. Misalnya hoaks, penipuan, cyberbullying, ujaran kebencian, pornografi, hingga pelecehan seksual.
Khusus penipuan, fenomena yang terjadi saat ini adalah seringnya sms, email, maupun pesan dalam aplikasi perpesanan masuk yang berisi menang undian. Jenis cybercrime spam tersebut tak jarang juga masuk ke kotak masuk di surat elektronik atau email. Bagi orang awam yang mengalaminya, bisa saja percaya mengenai isi pesan tersebut. Namun tentunya sebagai pengguna smartphone, seseorang harus berpikir kritis dan melakukan pengecekan ulang.
Penipuan online sendiri sebenarnya merupakan penggunaan layanan internet atau software dengan akses internet untuk menipu atau mengambil keuntungan dari korban. Misalnya dengan mencuri informasi personal yang bisa memicu pencurian identitas. Penipuan online bisa terjadi di ruang obrolan, media sosial, surat elektronik, maupun website.
Hal yang paling umum terjadi, modus penipuan online adalah perbankan yang mengaku atas nama bank. Selain itu penipuan online shop yang dilakukan tidak resmi transaksinya dengan transfer langsung tanpa perantara marketplace. Modus lainnya adalah penipuan lewat What’sApp, hingga pengambilalihan akun dan modus social engineering atau rekayasa sosial. Nah, untuk menghindarinya tentu sebagai pengguna membiasakan untuk kritis dan memahami tentang keamanan digital. Seperti rutin mengganti password, PIN, memakai aplikasi antivirus untuk keamanan perangkat digital terutama dan tidak membocorkan data identitas pribadi seperti nomor telepon di media sosial dan saluran komunikasi lainnya
Webinar Literasi Digital di Kota Depok, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Wiwi Gustiwi, Staff Pengajar SMP Negeri 25 Depok, Tuti Paltimar, Staff Pengajar SMP Negeri 11 Depok, Mu’Awanah, Kepala Sekolah SMP Negeri 12 Depok, dan Manda Utoyo, seorang Digital Creator.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.