hitcounter
Thursday , April 18 2024

Lakukan Ini Agar Anak Tidak Kecanduan Internet

Salah satu tantangan di era digital ialah kecanduan. Kecanduan digital ini bisa dilihat dari tidak bisa lepas dari gawai dan ini terjadi pada anak-anak bahkan orang dewasa.

Kecanduan media sosial, dapat dilihat jika setiap saat seseorang selalu membuka akun media sosialnya sekalipun tidak ada pemberitahuan. Hanya scroll yang nyatanya itu dapat menghabiskan waktu.

Martin Anugerah, kreator konten Cameo Project menilai, seseorang yang sudah kecanduan media sosial itu gelisah kalau belum memposting apapun. Seperti sebuah kewajiban, orang seperti sedang mengalami FOMO (Fear of Missing Out).

“Ketakutan untuk ketinggalan sesuatu, kalau hari itu kita tidak sama seperti yang lain menjadi gelisah dan ketakutan,” ujarnya di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (22/7/2021).

Belanja online juga juga dapat menimbulkan kecanduan, jika kita sudah sampai membeli tidak sesuai kebutuhan. Hanya senang atau merasa puas jika berhasil mendapatkan promo atau flash sale. Seseorang yang berhutang hanya untuk membeli barang yang sebetulnya tidak mendesak di online shop juga itu kecanduan. Ciri-ciri lain, menyembunyikan paket hasil belanja online karena sudah diprotes oleh orang terdekat.

“Menyesal membeli sesuatu namun tidak pernah kapok untuk belanja online,” ungkapnya.

Kecanduan game online ini sudah banyak terjadi, anak maupun dewasa. Jika sudah kecanduan game online terjadi pengabaian pada kehidupan di dunia nyata. Bukan hanya itu emosi seseorang yang kecanduan akan tidak stabil mereka cenderung akan cepat marah. Kunci dari kecanduan itu ialah ada pada keseimbangan, seseorang harus tetap merasa hidup di dunia nyata.

“Anak jangan dibiarkan tanpa pengawasan hingga mereka berpikir gawai adalah hidupnya. Berikan aktivitas fisik atau kewajiban lainnya di dunia nyata,” ujar Martin.

Tanamkan untuk menghargai di sekeliling, berikan etika kepada anak bagaimana menghormati seseorang yang sedang berbicara dengan kita. Terkadang, orang dewasa pun kerap lupa, saat sedang mengobrol secara langsung mereka malah sesekali membalas pesan WhatsApp bukan membuka pemberitahuan di media sosial. Perilaku yang sebetulnya kurang sopan menghadapi sesama manusia di dunia nyata.

Dunia digital seharusnya jadi cerminan kualitas hidup kita. Lebih baik kita mendedikasikan media sosial kita untuk sesuatu yang lebih bernilai, misalnya untuk menambah penghasilan dengan berjualan online atau menjadi Key Opinion Leader. Bisa juga media sosial digunakan untuk menebar ilmu atau menyampaikan kebaikan lainnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (22/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Leni Fitriani, Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Garut), Muhajir Sulthonul Aziz, Ketua Relawan TIK Surabaya, Littani B Wattinmena (Brand & Communication Strategist) dan drg. Anwina Pradini sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

Resmi Rilis di Indonesia, Bose Ultra Open Earbuds Dibanderol 4 Jutaan

Jakarta, Vakansi – Earbuds revolusioner yang ditunggu-tunggu para penikmat audio, Bose Ultra Open Earbuds, hari …

Leave a Reply