Kolaborasi bisa dikatakan sebagai salah satu gaya hidup masa kini baik di ruang digital ataupun di kehidupan nyata. Aaron Daniel O’Brien seorang Education Influencer & Teacher menjelaskan, kolaborasi merupakan interaksi antarindividu dengan individu lain.
Dalam kolaborasi umumnya terdapat kerjasama atau diskusi yang bertujuan untuk menyamakan pendapat demi mencapat tujuan tertentu. Kolaborasi ini melibatkan kesadaran, motivasi, partisipasi, refleksi, dan keterlibatan.
“Dunia digital sebenarnya cukup berdampak dan berpengaruh bagi kehidupan kita. Khususnya di media sosial,” ujar Aaron dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (14/10/2021) pagi.
Identitas kita sebagai orang Indonesia di kehidupan nyata dikenal sebagai masyarakat yang ramah. Namun, tidak sesuai dengan bagaimana masyarakat bersikap di dunia digital. Menurut survei Microsoft, Indonesia mendapatkan peringkat 29 dari 32 negara menurut tingkat kesopanannya. Faktor yang mendasarinya karena berita bohong, penipuan, ujaran kebencian, dan diskriminasi.
“Ini karena kita cenderung lebih reaktif terhadap konten yang negatif. Kita akan lebih mudah ingat dengan sesuatu yang menakutkan, membuat mudah marah atau memunculkan suatu emosi negatif. Ini adalah kesempatan yang baik untuk mengubah hal tersebut dan membuat ekosistem media sosial lebih sehat dan positif,” jelasnya.
Menurutnya, apabila kita tidak bergerak untuk mengubah ekosistem negatif ke positif maka akan berdampak buruk ke depannya. Misalnya, terjadi cyberbullying yang menyebabkan orang depresi.
Kita bisa mengubah ekosistem tersebut dengan bahasa yang sopan, bijak saat sebar informasi, membuat konten yang positif, dan merefleksikan kepada diri sendiri setiap konten yang ingin diunggah. Ia menuturkan, membuat konten positif pun tidak sulit, bahkan bisa dimulai dengan komentar-komentar yang positif.
Dalam membagikan konten-konten positif kita perlu memfilternya terlebih dahulu. Sebab interaksi maupun kolaborasi kita secara online sama pentingnya dengan di dunia offline. Sama seperti di dunia nyata, etika pun perlu digunakan di dunia digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (14/10/2021) pagi, juga menghadirkan pembicara, Panji Oetomo (Penggiat Literasi Digital), Made Sudaryani (Founder Assesment.id), Didin Miftahudin (Founder Gmath pro Indonesia), dan Kila Shafia sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.